Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan yang mengguyur kawasan Melawai, Kebayoran Baru, pada sore ini (14/4) seolah menjadi pengiring suasana yang pas untuk menikmati 11 lagu baru Raisa yang terangkum di album musik
Handmade.
Album musik ini diperdengarkan secara khusus untuk kalangan terbatas meliputi penggemar dan awak media massa di sebuah
venue di Jalan Mahakam yang sebelumnya dikenal sebagai toko musik legendaris.
Yang menyenangkan, para pendengar tak sekadar menikmati lantunan lagu-lagu indah, melainkan juga menyimak suara merdu Raisa kala menceritakan inspirasi dan pengalaman pribadi yang melatari lagu-lagunya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Handmade merupakan album musik ke-tiga, setelah sebelumnya dara cantik 25 tahun ini merilis
Selftitled (2011) dan
Heart to Heart (2013).
Handmade tersedia di layanan musik
streaming lokal, Langit Musik.
Diakui Raisa, pengalaman menggarap album musik terdahulu, tiga tahun lalu, memberikan bekal pengalaman berharga. Kini, ia berani melakukan sendiri semua proses produksi, termasuk
mastering.
Karena itu, Raisa memberi tajuk
Handmade mengingat segala proses produksi ditangani sendiri bersama timnya. Ia menyebut
Handmade sebagai “bagian dari jiwa dan cinta” yang ingin dibagi kepada banyak orang.
Nuansa cinta yang diusung oleh dara bernama belakang Andriana di
Handmade sudah terasa sejak intro. Dengan nada canda ia menyebut intro ini layaknya “mengucap salam sebelum memasuki rumah.”
Setelah itu, barulah berturut-turut mengalun lagu
Kali Ke-dua, Percayalah (duet dengan Afgansyah Reza),
Sang Rembulan, Tentang Cinta, serta
single Jatuh Hati yang sudah lebih dulu dirilis pada 2015.
“Semua atas nama cinta,” kata Raisa tentang tema lagu-lagunya. Lebih jauh, dara yang tampil anggun dalam balutan gaun brokat cokelat ini mengingatkan tentang fitrah manusia sebagai makhluk penuh cinta kasih.
Diakui penyanyi dan penulis lagu yang piawai bermain piano ini,
Jatuh Cinta adalah lagu bermakna terdalam yang liriknya ditulis secara jujur dan sesuai keinginan. “Untung aku bikin lagu ini,” katanya bangga.
Menjelang malam, lantunan dua lagu berikutnya tersimak semakin “dalam.” Raisa pun mengakui
Letting You Go dan
Usai di Sini sebagai lagu galau. Namun tak semata menebar kegalauan, melainkan juga inspirasi.
 Album musik Handmade berisi sebelas lagu, sembilan di antaranya ditulis sendiri oleh Raisa. (CNN Indonesia/Vega Probo) |
“Galau jadi inspirasi,” Raisa berkilah seraya menjentikkan jemari, menyimbolkan lembar uang. Dengan kata lain, kesedihan bisa menjadi sumber inspirasi lagu yang kelak mendatangkan keberuntungan juga.
Raisa menjagokan lagu galau
Usai di Sini layaknya lagu
Apalah Arti Menunggu di album musik perdana. Liriknya pun kurang lebih menyiratkan pesan serupa: tidak perlu berlama-lama menunggu cinta yang tidak pasti.
“Bukan menyerah,” katanya. “Hanya bersikap bijaksana, tahu kapan harus berhenti, tak selamanya menunggu.” Di momen ini, Raisa sempat
curcol soal pengalaman menjalin romansa yang membuatnya bersikap dewasa.
Untung saja, kegalauan tak berlangsung lama, karena setelah itu diperdengarkan lagu
Love You Longer yang melambungkan harapan untuk hidup bersama sang kekasih selamanya. Inspirasinya didapat Raisa saat berlibur di Lombok.
“Lihat panorama indah, muncul harapan bertemu seseorang yang tepat untuk hidup bersama selamanya,” kata Raisa. Dengan penuh cinta, Raisa menyebut sang kekasih di lirik lagu ini sebagai “
my home, my earth.”
 Raisa memperdengarkan album musik baru Handmade untuk kalangan terbatas, termasuk penggemar dan awak media massa di kawaan Blok M, Jakarta (14/4). (CNN Indonesia/Vega Probo) |
Baru sejenak “melambung” bersama lagu
Love You Longer, tiba-tiba terdengar irama balada. Lagi-lagi, Raisa memperdengarkan lagu galau. Kali ini,
Biarkanlah. Tapi ia berkilah, lagu ini bertema
legowo, bukan galau.
Lucunya, sebagaimana diceritakan Raisa, lagu ini tercipta di sebuah vila yang dipenuhi kecoak. “Ada 30 [ekor],” ia berseru. Akhirnya, Raisa dan teman-teman memilih pulang ke Jakarta untuk menyelesaikan “lagu kecoak” itu.
Soal sikap
legowo, Raisa menyatakan agar pasangan yang sudah putus hubungan tidak lagi saling menyalahkan satu sama lain. “Buat apa berusaha menang, toh sudah putus, dua-duanya kalah,” kata si Gemini kelahiran 6 Juni 1990.
Sebagai pemungkas, Raisa memperdengarkan lagu
Nyawa dan Harapan yang disebutnya “paling beda secara lirik maupun aransemen.” Diakui, sejak lama Raisa ingin membuat lagu bertema kemanusiaan, kehidupan dan alam seperti ini.
Idenya sendiri, diakui Raisa, datang dari kejadian sehari-hari saat menyadari banyak orang tak lagi peduli soal tawuran yang memakan korban nyawa, atau enteng saja mengumbar kebencian berlebihan via akun media sosial.
Sekalipun temanya tergolong serius, Raisa yakin, lagunya tetap sesuai untuk kaum muda. Lewat lagu ini, Raisa ingin orang-orang sudi berbuat sesuatu, tanpa perlu menunggu orang-orang lain atau pemerintah bertindak.
(vga/vga)