Gairah Musik di China Layu Sebelum Berkembang

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mei 2016 11:35 WIB
Akibat peraturan ketat di China, kelab-kelab musik tempat penyelenggara konser tutup satu demi satu.
Penampilan terakhir di panggung Mao Live House. (REUTERS/Damir Sagolj)
Jakarta, CNN Indonesia -- Usia Mao Live House hanya bertahan sampai sembilan tahun. Akhir pekan lalu, panggung musik yang biasa menampilkan musisi-musisi rock di Beijing, China itu terpaksa ditutup.

Lokasi itu sebelumnya sangat populer di kalangan penggemar musik punk, metal, dan rock alternatif. Namun aturan panggung musik yang jadi lebih ketat dan biaya sewa yang meningkat membuatnya harus tutup.

"Pada awalnya tidak ada yang memerhatikan kami karena pasar ini kecil," kata pemilik Mao Live House, Li Chi seperti dikutip dari Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, ia melanjutkan, pasarnya membesar. "Jadi kami menghadapi masalah hukum terkait pelegalan dukungan komersial," ujarnya lagi.

China memang sangat ketat soal aturan. Sejak 2012, China memperketat kontrolnya di hampir seluruh aspek kehidupan publik. Itu demi keamanan dan stabilitas nasional.

Namun ketika kontrol juga mengontrol kreativitas, itu meresahkan para musisi di China. Sudah bertahun-tahun mereka berjibaku dengan larangan pemerintah demi membiarkan musik berkembang pesat.

Namun sensor di China sangat sensitif. Bukan hanya mengontrol konten politik, itu juga melarang hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas, obat-obatan, dan agama.

Sementara, konten-konten itu sering muncul di musik, terutama yang "underground."

Mao Live House bukan satu-satunya panggung musik yang tutup di China. Sepanjang pekan lalu, beberapa kelab lain juga tutup, termasuk Dusk Dawn Club. Kelab itu dipaksa tutup pada 21 April, namun buka kembali pada Senin lalu.

Tapi tetap saja, tutupnya Mao Live House yang legendaris membuat penggemar musik khawatir. Salah satunya Feng Chen, penggemar punk rock berusia 22 tahun yang menghadiri konser musik terakhir di Mao Live House.

"Jika tempat-tempat seperti ini semakin sedikit di Beijing, mungkin akan ada lokasi lain yang bisa menyelenggarakan konser, seperti jalanan atau tinggal pilih acak saja," katanya.

Di satu sisi, jika tujuan China adalah keamanan nasional, itu akan membahayakan.

Lai Jinrong, gitaris band heavy metal China Logic Out of Control berpendapat, "Saya pikir musik rock and roll dan metal di China sudah mulai mati sebelum menyentuh kedewasaan." (rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER