Ada Logat Medok Jawa di Cannes Film Festival 2016

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 11 Mei 2016 10:08 WIB
Prenjak, film karya sutradara Wregas Bhanuteja masuk La Semaine de la Critique yang merupakan bagian dari Cannes Film Festival 2016.
Film Wregas Bhanuteja akan bersaing di Cannes Film Festival 2016. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pencinta film di Eropa, khususnya di Perancis bakal mendengar dialog-dialog bahasa Jawa. "Lungguh (duduk)," "Aku ra duwe duwek (saya tidak punya uang)," maupun "Wegah, aku ra iso (tidak mau, saya tidak bisa)," akan menggema di ruang dengar pemutaran Cannes Film Festival 2016.

Adalah sutradara Wregas Bhanuteja yang membawa dialog-dialog itu ke sana. Tentu ada teks terjemahan di bawahnya. Tapi bahasa yang bagi sebagian orang terdengar unik itu bakal membius kritikus maupun penonton.

Film pendek terbaru karya Wregas, Prenjak yang merangkum dialog-dialog itu, tahun ini berhasil masuk sesi La Semaine de la Critique yang merupakan bagian dari Cannes Film Festival. Prenjak akan bersaing dengan sembilan film lain untuk jadi juara kategori.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan hanya lewat bahasa Jawa yang unik, Wregas juga akan membetot perhatian penonton melalui cerita yang tak biasa. Prenjak diilhaminya dari kisah kelam masa lalu Yogyakarta. Seperti daerah lain, Kota Gudeg itu juga punya cerita prostitusi yang tak biasa.

Cerita dalam Prenjak mungkin tak setenar Sarkem, Kalijodo, Kramat Tunggak, maupun Dolly. Namun sekitar 1980-an, kisah semacam itu benar terjadi. Perempuan-perempuan lokal menjual korek api sembari mempertontonkan tubuhnya pada lelaki.

"Lungguh," demikian salah satu perempuan berbicara kepada lelaki di hadapannya, dalam trailer Prenjak yang diunggah ke YouTube oleh saluran La Semaine de la Critique langsung.

Terus terang perempuan itu kemudian mengungkap masalah: tak punya uang. Ia hanya punya korek api kayu yang dijualnya Rp10 ribu per batang. Terlalu mahal, lelaki itu menolak. Sang perempuan pun diam-diam berkata, bukan hanya korek itu yang ia jual.

Sembari menengok kanan dan kiri dengan agak gugup, ia kemudian memperlihatkan sesuatu, yang tentu tak dipertontonkan secara gamblang dalam trailer berdurasi satu menit.

"Jadi wanita itu jual korek api dengan harga sebatangnya Rp10 ribu. Nah yang beli korek api itu bisa melihat bagian tubuh wanita penjual korek apinya. Biasanya mereka sambil jual wedang ronde," Wregas menerangkan.

Diakui Wregas, ide membuat Prenjak didapatnya dari seorang asisten kameramen bernama Saka. Tak ayal, Wregas penasaran.

[Gambas:Youtube]

"Pas dikasih tau itu, saya penasaran dan ingin liat. Saya cari, keliling Yogya malam-malam dan enggak ada. Padahal saya penasaran itu kayak gimana," tutur Wregas. Rasa penasaran yang mengendap di kepala Wregas itu pun mendorongnya membuat film pendek.

Setelah film berdurasi 12 menit itu rampung, Wregas mengaku puas. "Akhirnya apa yang saya penasaran itu keluar juga," katanya.

Proses syutingnya terhitung cepat. Dua hari pengambilan gambar dan satu pekan penyuntingan. Meski begitu, Wregas butuh dua tahun untuk riset dan memantapkan alur cerita. Setelah semua yakin, Wregas pun memasukkannya ke Cannes Film Festival 2016.

Prenjak akan diputar sebanyak tiga kali di ajang itu. "Saya juga akan menonton film lain dan belajar seperti apa perfilman di sana," kata Wregas. Cannes Film Festival bukan festival film internasional pertama baginya, meski itu sudah diincarnya sejak masih kuliah.


Karyanya yang bertajuk Lembusura juga pernah masuk Berlinale Festival Film 2015. Selain itu, karyanya Floating Chopin juga masuk dalam Hong Kong Film Festival 2016. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER