Jakarta, CNN Indonesia -- Melawan korupsi jadi agenda Hari Buku Nasional tahun ini dengan diluncurkannya Sanggar Kerja Indonesia Membumi (Menggagas dan Menerbitkan Buku Melawan Korupsi). Melalui sanggar kerja inilah nanti penerbit dilibatkan dalam produksi mandiri buku-buku antikorupsi.
Acara yang digelar Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut bertempat di Gedung KPK Jakarta, pada Selasa (17/5). Seperti dilansir Manistebu, acara ini juga menandai pertama kalinya gedung baru KPK digunakan untuk kegiatan eksternal KPK.
Peserta Sanggar Kerja Indonesia Membumi adalah editor dan penulis dari 40 penerbit. Mereka mengikuti materi antikorupsi dari mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, IKAPI memiliki agenda Gerakan Seribu Buku untuk disabilitas netra serta donasi buku.
“Tak ada tema khusus, hanya mengikuti tema tiap acara. Yang pasti kami mendukung Gerakan Literasi Nasional,” ujar Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina, saat ditemui CNNIndonesia.com di kantor IKAPI, Jakarta, pada Senin (16/5).
Hari Buku Nasional yang diperingati setiap 17 Mei berasal dari hari peresmian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) pada 17 Mei 1980. Lebih dari 20 tahun kemudian, pada 2002, Hari peresmian PNRI ini ditetapkan sebagai Hari Buku Nasional oleh Menteri Pendidikan Nasional RI Abdul Malik Fajar (masa jabatan 2001-2004).
Ditetapkannya Hari Buku Nasional bertujuan meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia selain diharapkan dapat melestarikan budaya baca dan meningkatkan penjualan buku.
Dari data Toko Buku Gramedia penjualan total buku pada 2012 adalah 33.565.472 eksemplar. Setahun berikutnya, pada 2013, menurun hingga di angka 33.202.154 eksemplar.
Angka tersebut menurun lagi pada 2014, menjadi 29.883.822 eksemplar. Walau data ini hanya penjualan di jaringan toko buku Gramedia, tapi biasanya data di toko buku lain tak jauh berbeda, malah lebih buruk.
Menurut data IKAPI, Indonesia hanya menerbitkan 24.000 judul buku per tahun dengan rata-rata cetak tiga ribu eksemplar per judul. Artinya para penulis Indonesia hanya mampu menelurkan sekitar 72 juta buku.
Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, berarti rata-rata sebuah buku di Indonesia dibaca tiga-empat orang. Padahal berdasarkan aturan UNESCO, idealnya dalam sebuah negara, satu orang membaca tujuh judul buku per tahun.
Selain Hari Buku Nasional, ada juga Hari Buku Sedunia (World Book Day) setiap 23 April yang dicetuskan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Hari Buku Sedunia pertama kali diperingati pada 23 April 1995.
Hari Buku Sedunia bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat dunia dan mempromosikan penerbitan dan hak cipta.
(vga)