Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa jam lagi, pianis jazz muda berbakat Joey Alexander bakal menampilkan aksinya di acara bertajuk
Joey Alexander Live in Concert di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Minggu (22/5).
Joey tidak tampil sendirian, melainkan ditandem penabuh drum kaliber Grammy, Jeff "Tain" Watts, dan pembetot kontra bass Dan Chmielinski. Aksi ketiganya disebut Joey Alexander Trio.
Tiga hari sebelumnya, pada Kamis (19/5), terlebih dahulu digelar konser “pemanasan” bertema
Jazz Gathering–Road to Joey Alexander Live in Concert di Soehana Hall, The Energy Buliding SCBD, Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konser “pemanasan” tersebut dimeriahkan oleh sembilan pianis muda berbakat. Terpilihnya kesembilan pianis muda berbakat tak terlepas dari ide pembetot bass Barry Likumahuwa dan pianis Sri Hanuraga.
"Saya dan Sri Hanuraga pengin supaya enggak hanya menengahkan Joey
aja, tapi ada yang lainnya juga,” kata Barry, yang bertindak sebagai
music director konser kali ini.
Kesembilan pianis, yaitu Edwin Putro Mulyono, Yongki Vincent, Andy Gomez, Christ Stanley Kainama, Ivan Alidiyan, Martin Siahaan, Kevin Suwandhi, Noah Revevalin, dan Irsa Destiwi.
Di acara
Jazz Gathering–Road to Joey Alexander Live in Concert, mereka masing-masing memainkan komposisi kreasi sendiri. Tak hanya tampil solo, mereka juga bertandem, baik duet maupun trio.
Sekalipun tak kalah berbakat, mereka jelas-jelas bukan pesaing Joey, melainkan bagian dari tim yang saling mendukung. Mereka adalah bukti Indonesia memiliki banyak bakat mengagumkan.
Usai acara, CNNIndonesia.com berbincang dengan tiga di antaranya, Irsa, Christ dan Noah. Dengan seru, mereka menceritakan kecintaan pada musik, juga pandangan tentang Joey.
Irsa, Stanley maupun Noah sama-sama memulai perjalanan musiknya sebelum genap berusia sepuluh tahun. Masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam membagi waktu antara bermusik dan bersekolah.
Irsa, satu-satunya perempuan di konser itu mengaku menomorduakan pendidikan. “Sekolah dulu banyak bolosnya sih karena aku senang bisa main musik di berbagai tempat yang belum pernah aku datangi.”
Buru-buru, perempuan 36 tahun ini berkilah, “Tapi aku tetap ngerjain tugas, tetap belajar kalau ujian.” Sementara Stanley dan Noah justru mati-matian mengatur waktu agar tetap bisa bersekolah sambil bermusik.
Saat mengambil sekolah keguruan musik, pada 2005, Stanley sekaligus memanfaatkan waktu untuk berlatih musik. Sedangkan Noah yang menempuh pendidikan di sekolah umum, tetap fokus mengikuti kegiatan-kegiatan musik.
“Sekolah kan banyak tugas, jadi aku fokus di weekend untuk latihan musik. Kalau di sekolah ada kegiatan musik, pasti aku ikut,” kata Noah.
Hingga kini, ketiga pianis tersebut sudah berhasil membuktikan kepiawaiannya dalam hal bermain piano. Mereka sukses dengan jalur dan cara bermusiknya masing-masing.
Kini, Irsa sibuk tampil di beberapa acara musik, baik jazz maupun non-jazz. Penyuka jazz swing dan bossa nova ini juga sering menjadi session player atau freelancer di sejumlah grup musik.
Begitu pula Stanley yang menggemari aliran swing dan ballad, kini sibuk bermain musik bersama Jamie Aditya dan Danilla sebagai pianis di berbagai acara off air.
Sedangkan Noah, saat ini masih menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta. Selain itu, ia juga aktif berguyub bersama komunitas musik di kampusnya.
Saat ditanya soal Joey Alexander, ketiganya sepakat bahwa Joey adalah sosok inspiratif. Kehadiran Joey di kancah internasional membawa angin segar bagi pianis-pianis lain di Indonesia.
“Joey sangat-sangat menginspirasi. Kita bisa lihat kalau orang dari negara kita sendiri bisa muncul di situ [ajang bertaraf internasional]. Joey punya bakat emas. Jarang yang bisa menekuni jazz seperti itu,” puji Noah.
Serasi dengan Noah, Stanley mengungkapkan, “Joey itu prodigy yang luar biasa. Dia bisa bermain musik jazz dengan feel yang dimiliki orang umur 35 tahun atau 40 tahun. Sedangkan dia masih 12 tahun. Dia bisa bermain dengan legend-legend besar yang semua orang tuh berharap bisa main dengan mereka.”
“Dia membuktikan kalau ada orang Indonesia yang bisa bagus. Dan enggak hanya Joey aja. Banyak yang permainannya udah setara dengan orang-orang luar,” tambah Irsa.
Tidak hanya berbicara soal Joey, ketiganya juga sepakat dalam memberikan tips untuk pianis-pianis muda. Mereka yakin bahwa setiap pianis pada akhirnya akan memiliki karakternya masing-masing dalam bermain jazz.
Irsa berkata, “Kalau ada yang meniru Joey itu proses. Enggak hanya Joey, mungkin niru legend lainnya juga. Lama-kelamaan pasti akan ketemu signature-nya. Pasti bisa dapet.”
“Harus be yourself. Karena Joey itu bener-bener menjadi Joey, bukan pianis lain. Semua harus yakin dengan dirinya sendiri,” tambah Stanley.