Irsa, Stanley maupun Noah sama-sama memulai perjalanan musiknya sebelum genap berusia sepuluh tahun. Masing-masing memiliki cara yang berbeda dalam membagi waktu antara bermusik dan bersekolah.
Irsa, satu-satunya perempuan di konser itu mengaku menomorduakan pendidikan. “Sekolah dulu banyak bolosnya sih karena aku senang bisa main musik di berbagai tempat yang belum pernah aku datangi.”
Buru-buru, perempuan 36 tahun ini berkilah, “Tapi aku tetap
ngerjain tugas, tetap belajar kalau ujian.” Sementara Stanley dan Noah justru mati-matian mengatur waktu agar tetap bisa bersekolah sambil bermusik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mengambil sekolah keguruan musik, pada 2005, Stanley sekaligus memanfaatkan waktu untuk berlatih musik. Sedangkan Noah yang menempuh pendidikan di sekolah umum, tetap fokus mengikuti kegiatan-kegiatan musik.
“Sekolah kan banyak tugas, jadi aku fokus di
weekend untuk latihan musik. Kalau di sekolah ada kegiatan musik, pasti aku ikut,” kata Noah.
Hingga kini, ketiga pianis tersebut sudah berhasil membuktikan kepiawaiannya dalam hal bermain piano. Mereka sukses dengan jalur dan cara bermusiknya masing-masing.
Kini, Irsa sibuk tampil di beberapa acara musik, baik jazz maupun non-jazz. Penyuka jazz swing dan bossa nova ini juga sering menjadi
session player atau
freelancer di sejumlah grup musik.
Begitu pula Stanley yang menggemari aliran swing dan ballad, kini sibuk bermain musik bersama Jamie Aditya dan Danilla sebagai pianis di berbagai acara
off air.Sedangkan Noah, saat ini masih menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta. Selain itu, ia juga aktif berguyub bersama komunitas musik di kampusnya.