Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah satu dekade nama Joko Anwar dikenal sebagai sutradara profesional Indonesia. Banyak film panjang maupun pendek terkenal yang lahir dari tangannya. Tak bisa puas dengan karya-karya tersebut, Joko kini kembali menggarap sebuah proyek film baru.
Remarkable Things During a Killing, judulnya. Itu merupakan film bergenre drama yang rencananya tayang 2017. Syuting juga masih dilakukan awal tahun depan. Saat ini
Remarkable Things During a Killing masih dalam tahap proses pencarian dana. Joko menjelaskan, itu salah satu ajang bagi para pembuat film
arthouse untuk mencari dana.
Ditemui CNNIndonesia.com di kantornya baru-baru ini Joko mengakui, awal bulan lalu ia ke Paris untuk menghadiri acara Paris Co-Production Village. Banyak yang 'menjual' film yang akan diproduksi di sana, termasuk dirinya. Istilahnya, ia sedang cari investor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam ajang yang digelar 8-10 Juni di Paris itu, Joko bersaing dengan belasan proyek dari Eropa, Asia, Amerika Serikat, bahkan Israel. Sederet sutradara terkenal dari banyak negara 'mengantre' presentasi filmnya bersama Joko.
"Filmmaker yang bikinnya film arthouse dan bukan
mass audience kan cari duitnya enggak bisa di sini [Indonesia], karena enggak ada yang biayain. Jadi biasanya
pitching ke
event, namanya Project Market. Adanya di festival film," ujar Joko menerangkan. Dari sana ia biasanya dapat bantuan ko-produksi.
Salah satu film Joko yang hasil ko-produksi adalah
A Copy of My Mind. CJ Entertainment, perusahaan asal Korea yang membiayainya.
Joko menuturkan, tidak mudah mendapat ko-produksi. Ia tetap harus bersaing dengan ratusan proyek film lain dari berbagai negara, yang juga menawarkan kerjasama. "Paris Co-Production itu yang daftar kira-kira ada 400 sampai 500 proyek dan yang diambil cuma 15. Jadi disaring, dan kita salah satunya," katanya.
Meski sulit, alumnus ITB itu menegaskan pencarian dana dengan cara tersebut tidak menutup kemungkinan untuk sutradara pemula. Seleksi yang dilakukan dilihat salah satunya berdasarkan cerita film. Semakin menarik dan berkualitas, semakin besar kemungkinan masuk ke dalam acara itu.
Pengamat film internasional, kata Joko, tidak akan melihat dari negara mana film dibuat. Yang penting adalah kualitas. "Misalnya festival Venice, mereka terima
submission, mereka enggak lihat dari negara apa. Kalau film masuk festival pastinya kualitasnya baik."
"Selain itu," Joko menambahkan, "[Film] juga mengusung tema yang relevan dengan festivalnya, mengusung tema yang relevan dengan kemanusiaan. Ada festival yang cuma menerima film-film action dan horor, ada juga festival yang lebih ke drama."
Ia menggarisbawahi, yang terpenting adalah kualitas. Sineas harus punya kemampuan teknis dan estetis yang mumpuni, tegasnya.
"Harus punya
skill khusus untuk bikin film. Estetika itu hal-hal di luar teknis. Rasa seni, pengetahuan, itu harus dimajukan," ujarnya.
Masalah nanti filmnya laku atau tidak, ia melanjutkan, adalah soal cara memasarkan. Itu juga tergantung tujuan film dibuat. "Ada film yang memang dibuat bukan untuk
mass audience. Misalnya
A Copy of My Mind, memang dari awal bukan untuk
audience yang berjuta-juta. Lebih ke eksplorasi tema."
Remarkable Things During a Killing juga bukan film komersil. "[Film ini] masih tentang kehidupan di Jakarta, Indonesia. Sama kayak
A Copy of My Mind," tutur Joko. Bintang-bintangnya belum pasti, kecuali Ario Bayu.
(rsa)