Kaligrafi Kreasi Indonesia Melanglang Dunia

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Senin, 27 Jun 2016 10:20 WIB
Kaligrafi Arab buatan seniman Indonesia tak hanya menghiasi tempat peribadatan di Tanah Air, juga mancanegara.
Keindahan seni kaligrafi Arab buatan Indonesia diakui dunia. (CNN Indonesia/Munaya Nasiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seni kaligrafi berkembang di beberapa negara, dari Jepang, China, sampai Jazirah Arab. Namun agaknya kaligrafi yang disebut terakhir inilah yang jamak dilihat di Tanah Air, menghiasi tempat ibadah umat muslim.

Butuh keahlian khusus untuk membuat kaligrafi Arab—biasanya memuat penggalan ayat suci Alquran—agar estetika seni dan pesan moralnya tersampaikan secara utuh. Salah satu penyedia jasa pembuatan kaligrafi di Indonesia, yaitu Divani Kaligrafi.

Semula, komunitas ini didirikan pada 2004 untuk mewadahi para pembuat kaligrafi agar mampu mengembangkan potensinya. Namun lama kelamaan, Divani Kaligrafi pun mengembangkan sayap ke ranah bisnis sebagai penyedia produk serta jasa kaligrafi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Medium kami ada banyak. Ada kaligrafi klasik itu di kertas, kaligrafi lukis di kanvas, atau yang tiga dimensi yang disebut kaligrafi timbul,” ujar Muhajir selaku pendiri komunitas Divani Kaligrafi kepada CNNIndonesia.com, baru-baru ini.

“Untuk kaligrafi timbul,” Muhajir menambahkan, “bahannya bisa dari kuningan, stainless atau logam. Semua dari tahap sketsa, dari produksi sampai finishing semua di sini. Enggak dilempar ke yang lain. Ada juga yang dilukis langsung di dinding.”

Tak hanya itu, Divani Kaligrafi juga melayani kaligrafi yang langsung dilukis di dinding, bahkan sampai kebanjiran pesanan. Agar dapat melengkapi sejumlah stok, komunitas ini menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan lain.

"Untuk saat ini, pesanan terbanyak jasa lukis di dinding langsung. Ada yang di masjid, di musala rumah," katanya. Banyaknya pesanan tersebut, diakui Muhajir, karena adanya peningkatan minat umat Islam terhadap seni kaligrafi.

Terlebih lagi semakin banyak masyarakat yang ingin dinding rumahnya dihiasi kaligrafi. "Ada yang di ruang tamu berupa pajangan, atau musala di dalam rumah, musala keluarga. Banyak muslim yang ingin rumahnya seperti masjid," jelasnya.

Diakui Muhajir, kemampuan seniman kaligrafi Indonesia boleh dikatakan unggul dibandingkan negara lain. Tak jarang mereka menjuarai lomba kaligrafi tingkat internasional. Meski begitu, mereka tetap menjadikan Mesir, Turki dan Iran, sebagai kiblat.

Dengan kualitas terjamin, karya seni kaligrafi lokal layak diapresiasi. Harga yang ditawarkan komunitas ini pun relatif terjangkau. Untuk kaligrafi lukis mulai Rp100 ribu. Kaligrafi timbul dengan bahan logam hingga Rp4 juta per meter.

"Kami buat rumus standar untuk mempermudah penghitungan harga. Tapi harga itu enggak baku, hanya sebatas gambaran. Tetap nanti tergantung tingkat kerumitan. Kalau di kubah, ada rumus jari-jarinya untuk menentukan total biaya," jelas Muhajir.

Layaknya sebuah perusahaan, Divani Kaligrafi yang bermarkas di Serpong, Tangerang, Banten, juga membuka kesempatan bagi para seniman kaligrafi dari berbagai daerah yang ingin bergabung. Tentu pengalaman dan prestasi menjadi salah satu syaratnya.

Seni kaligrafi Arab buatan Indonesia dikenal mancanegara. (CNN Indonesia/Munaya Nasiri)


Kaligrafi Kubah dan Kaligrafi Timbul

Diakui Muhajir, masing-masing medium memiliki tingkat kesulitannya sendiri. Hanya saja, medium yang memiliki tingkat kesulitan dan risiko paling tinggi adalah kaligrafi yang langsung dilukis di kubah masjid.

"Dari ketelitian penghitungan [harus] dihitung secara matematis. Jarak pembuatan ketika di atas dan dipandang dari bawah belum tentu sama. Di atas [terlihat] besar, tapi ternyata dari bawah [terlihat] kecil," jelasnya.

Posisi kubah masjid yang berada di atas pun juga salah satu kesulitannya. "Risiko lebih tinggi," tambah Muhajir, "posisi kepala, tangan, menengadah terus, pasti pegal. Risiko jatuh juga." Butuh ketelitian dan kesabaran selama pembuatannya.

Proses pembuatan kaligrafi yang dilukis di kubah membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Satu minggu, sepuluh hari, atau bahkan lebih dari satu bulan. Meski begitu, tetap saja ada beberapa pihak yang ingin pekerjaan itu cepat diselesaikan.

Lulusan pesantren kaligrafi LEMKA ini berujar, "Kaligrafi kan manual dari skill manusia, jadi kita enggak bisa seperti mesin."
Dengan telaten, ia menjelaskan pula tahapan dalam membuat kaligrafi di kubah.

"[Pertama] Membuat kesepakatan dengan pengurus masjid. Mereka menentukan warna, desain, dan ayat yang ditulis. Nanti kami buat desainnya, dan kalau sudah sepakat baru kami eksekusi. Kami hanya mengikuti apa yang mereka minta. Kadang jadi konsultan juga, [memberi tahu] bagusnya seperti apa," papar Muhajir.

Meski begitu, terkadang Muhajir dkk masih mendapat keluhan, terutama keluhan dalam persepsi seni sendiri, "Bagi kami sederhana, tapi bagi konsumen rumit. Begitu juga sebaliknya. Atau bagi kita biasa saja, tapi menurut mereka keramaian. Atau adanya ketidaksesuaian desain dengan hasil akhir."

Muhajir menanggapi hal tersebut wajar terjadi. Ia bersikap profesional. Menurutnya, jika konsumen merasa kesalahan tersebut cukup parah, maka tim Muhajir siap mengganti. "Itu bagian dari garansi," tegasnya.

Untuk mengurangi kesalahan dalam pembuatannya, para seniman kaligrafi ini terlebih dulu membuat sketsa di dinding. Tidak sembarangan, untuk membuat ornamen atau motif penghias kaligrafi, harus dibuat menggunakan pensil.

Sedangkan untuk tulisan yang akan dibuat, harus dibuat menggunakan kapur. Pemilihan kapur didasari karena bahannya yang mudah dihapus jika terjadi kesalahan. Sedangkan untuk pemilihan warna, biasa digunakan yang identik Islam. Cat yang digunakan cat akrilik.

Mirip dengan kaligrafi kubah, kaligrafi tiga dimensi atau kaligrafi timbul juga membutuhkan proses yang panjang. Konsumen yang memesan terlebih dulu memilih bahan apa yang ingin digunakan untuk kaligrafi. Kemudian baru lah dimulai pembuatan sketsa di kertas, proses desain di komputer, dan pemotongan bahan. Semua itu dilakukan sendiri oleh tim Muhajir.

"Kalau sudah dicetak, nanti baru diaplikasi ke bahan, dipotong, dan dibentuk 3D. Kalau di bahan logam, namanya dipatri," katanya. Usai terbentuk tiga dimensi, proses berikutnya adalah pembersihan. Bentuk potongan tulisan yang telah jadi harus dibersihkan dengan tisu agar terlihat mengilap.

Proses pembuatan kaligrafi timbul memang panjang, namun, untuk pemasangannya hanya membutuhkan waktu yang sebentar. Nantinya, kaligrafi timbul akan dicat kembali dengan warna emas atau perak agar terlihat berkilau.

Untuk pemilihan ayat yang digunakan juga tidak sembarangan. Muhajir menjelaskan, "Ada ayat populer, dalam arti masyarakat umum tahu. Ada ayat dengan tema perintah salat karena biasa di masjid. Ada juga yang tematik, misalnya untuk di masjid perbankan, ayatnya berhubungan dengan ekonomi atau dengan bank. Kalau di lingkungan pendidikan, tentang ilmu. Selain ayat, ada juga hadis, bahkan kata mutiara."

Seniman Kaligrafi. (CNN Indonesia/Munaya Nasiri)


Karya Divani Kaligrafi yang Mendunia

Lebih dari sepuluh tahun Divani Kaligrafi berkiprah di dunia seni kaligrafi. Tentu karyanya sudah beredar di mana-mana. Khusus di Nusantara, beberapa masjid milik kalangan tersohor pernah mereka tangani. Tentu itu menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi Muhajir.

"Salah satunya masjid di Palembang milik Hatta Rajasa. Ada juga masjid yang dikelola Rhoma Irama, di Mampang. Itu kebanggaan kami. Sudah dua kali di sana [masjid Rhoma], 2009 dan 2010. Masjid di pesantrennya Aa Gym, Darut Tauhid, itu juga kami yang buat. Tapi bentuknya 3D," ujar Muhajir bangga.

Dedi Habiburrahman, salah seorang seniman kaligrafi di komunitas ini turut berbagi pengalamannya, "Paling berkesan di Kepri [Kepulauan Riau], tinggi, dan di pulau terpencil. Masjidnya megah, tapi aksesnya sulit. Dari bandara itu masih naik perahu lagi. Sarana juga kurang mendukung, sinyal suka mati," katanya. "Di sana 12 hari. Tapi enak, jadi cerita tersendiri."

Tidak hanya di Nusantara, rupanya karya Divani Kaligrafi juga diminati dunia. Pesanan tersebut datang dari Arab Saudi, Belanda, hingga Amerika. Khusus untuk Arab Saudi, diakui Muhajir memang antara seniman Divani Kaligrafi dengan negara tersebut telah lama menjalin relasi.

"Kebetulan seniman kami memang pernah kerja di sana, jadi kaligrafer juga. Jadi mereka tahu bahwa kami ini orang kaligrafi. Saya sendiri pernah dapat order dari raja Saudi, Raja Abdullah, almarhum. Itu tahun 2014 mereka minta dibuatkan kenang-kenangan kaligrafi lukis dengan konsep batik kaligrafi. Yang mereka cari mungkin yang lebih khas Indonesia. Kalau di Arab [kaligrafinya] tidak sedetail itu," jelasnya.

Sedangkan untuk lingkup Asia Tenggara, negara yang sering memesan adalah Malaysia dan Brunei Darussalam.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER