Sabun Tanah, Kolaborasi Seniman Jatiwangi dan Polandia

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Jumat, 01 Jul 2016 03:00 WIB
Demi mengembalikan kekayaan tanah Jatiwangi, seniman setempat berkolaborasi dengan seniman Polandia membuat sabun berbentuk batu bata.
Social Design for Social Living, pameran karya seniman Polandia dengan seniman Indonesia di Galeri Nasional Indonesia mulai 28 Juni-22 Juli 2016. (CNN Indonesia/Munaya Nasiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepedulian menggiring orang untuk berbuat kebaikan. Wujudnya sendiri bisa bermacam-macam, dari dukungan moral, finansial maupun aksi sosial. Sebagaimana dilakukan seniman asal Polandia, Marta Frank, Maciej Siuda dan Robert Kuśmirowski.

Berbekal kepedulian, mereka meninggalkan negara asal menuju Indonesia yang berjarak lebih dari 10 ribu kilometer. Tepatnya, di Jatiwangi, kecamatan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, yang terkenal dengan produksi genteng (atap rumah) tanah liat dan batu bata bermutu tinggi.

Sayang, sejumlah pabrik genteng kini telah tutup. Tak ada pekerja, lantaran aturan setempat yang mengharuskan seseorang hijrah ke luar desa setelah menikah. Pun tak ada lahan, karena sebagian lahan sudah dijadikan jalan tol, dan sebagian lagi dialokasikan untuk pembangunan bandar udara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk itu, Marta Frank bekerja sama dengan Jatiwangi Art Factory (JaF) berupaya mengembalikan kekayaan tanah Jatiwangi. Marta membuat produk yang dinamakan Sabun Tanah. Bentuknya unik, menyerupai batu bata. Marta dan JaF berencana untuk memproduksi lebih banyak Sabun Tanah dan memasarkannya.

Tertarik melihat proses pembuatan Sabun Tanah? Datang saja ke pameran Social Design for Social Living yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, mulai pekan ini hingga Juli mendatang. Ada tim utusan Marta yang siap mengenalkan bahan dan peralatan sampai proses pembuatan Sabun Tanah.

Lain lagi proyek yang digarap Maciej Siuda. Sang arsitek ingin membuat rumah untuk salah satu warga Jatiwangi yang akan menikah pada 23 Juli mendatang. Hal ini dilakukan agar si warga tidak perlu berpindah desa. Uniknya, Maciej hanya bertindak sebagai asisten arsitek untuk seorang desainer di JaF.

Nah, di pameran Social Design for Social Living, Maciej akan menampilkan tahap-tahap pembuatan rumah tersebut melalui sebuah sketsa yang ia buat sendiri. Sketsa tersebut ditempel di sebuah kain hitam yang diletakkan di bawah, sehingga orang yang ingin melihatnya harus duduk lesehan.

Bukan tanpa alasan, Maciej ingin agar pengunjung yang ingin melihat prosesnya bisa merasa lebih dekat dengan karyanya. Mereka bisa menatap dengan lebih dekat tahap-tahap yang dilakukan Maciej dan Jaf untuk membangun rumah yang melibatkan segenap warga Jatiwangi tersebut.

Pameran ini juga menampilkan karya fotografer profesional Robert Kuśmirowski. Fokusnya bukan keseharian di Jatiwangi, melainkan tubuh warga setempat yang dilumuri lumpur atau tanah agar tampak seperti monumen. Seri foto ini juga merujuk pada ikonografi keluarga bangsawan yang dulu pernah dipotret dengan cara serupa.

Untuk menghormati libur Hari Raya Idul Fitri, pameran seni ini akan berlangsung dengan dua tahap. Tahap pertama pada 28 Juni-1 Juli, akan menampilkan karya para seniman dan beberapa lokakarya dan diskusi seni. Kemudian akan dilanjutkan kembali pada 12-22 Juli yang akan lebih banyak mengadakan lokakarya dan presentasi seni untuk masyarakat umum.

Pameran ini juga didukung secara penuh oleh Kementerian Kebudayaan dan Warisan Nasional Republik Polandia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kedutaan Besar Polandia di Indonesia, serta Duta Besar Republik Polandia untuk Indonesia, Mr. Tadeusz Szumowski.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER