Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump kembali mencari gara-gara dengan Queen. Ia masih memakai lagu milik band legendaris itu,
We are the Champions. Lagu itu membahana mengantar cara masuk Trump yang dramatis ke panggung Konvensi Partai Republik.
Hasil konvensi di Ohio, Selasa (19/7) malam itu memenangkan Trump. Ia mengantongi lebih dari 1.700 suara delegasi, sementara pesaingnya Ted Cruz kalah telak dengan hanya 400 suara. Trump pun resmi jadi calon presiden Amerika Serikat.
Tapi di mata Queen, Trump sudah kalah sebelum berperang. Mereka mengecam Trump karena lagi-lagi menggunakan
We are the Champions dalam kampanyenya, padahal tak pernah minta izin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami frustrasi karena penggunaan tanpa izin yang berulang atas lagu kami, padahal sebelumnya sudah diminta untuk berhenti. Jelas itu diabaikan Trump dan tim kampanyenya," demikian pernyataan Queen yang disampaikan melalui label rekaman mereka, Sony/ATV Music Company.
Pernyataan berlanjut dengan tegas, "Queen tidak mau musiknya diasosiasikan dengan kegiatan normal atau debat politik di negara mana pun."
"Queen juga tidak ingin
We are the Champions digunakan sebagai dukungan untuk Trump dan pandangan politik dari Partai Republik. Kami percaya, berharap, dan mengira Trump dan tim kampanyenya akan menghormati permintaan ini."
Saat Trump berjalan di panggung memperkenalkan istrinya, Melania di hari pertama Konvensi Partai Republik, Queen sudah 'naik pitam.' Mereka menulis di Twitter sesaat setelah lagu itu terdengar di televisi, "Penggunaan tanpa izin di Konvensi Partai Republik melawan kehendak kami."
Tapi sampai sekarang, tim kampanye Trump belum merespons permintaan itu, menurut Rolling Stone.
Sebelumnya, Trump sudah bermasalah dengan lagu sejak 1977 itu.
We are the Champions pernah dikumandangkan sebelum sosok kontroversial itu menyampaikan pidato kemenangan di putaran final calon kandidat Partai Republik, Juni lalu.
Gitaris Queen Brian May kemudian menulis di situs web-nya. "Ini bukan pernyataan resmi Queen, tapi saya bisa mengonfirmasi bahwa izin menggunakan lagu itu tidak pernah diberikan," ia mengawali.
May melanjutkan, "Kami menerima saran soal langkah apa yang bisa kami ambil untuk memastikan ini tidak berlanjut. Demi menghormati pandangan kami dan Trump, bagi kami mengizinkan musik Queen digunakan sebagai alat kampanye politik itu melanggar kebijakan kami."
Tim kampanye Trump juga tidak merespons itu. Selain dengan Queen, sang calon presiden juga pernah bermasalah dengan musisi lain karena persoalan yang sama, menggunakan lagu tanpa izin: R.E.M., Neil Young, Everlast, dan Aerosmith.
(rsa/vga)