Jakarta, CNN Indonesia -- Bangsa Indonesia patut berbangga hati memiliki sineas sekaliber Usmar Ismail. Kualitasnya sebagai sutradara film tidak diragukan lagi. Sang pionir layak disebut Bapak Perfilman Indoneesia.
Nama Usmar tak hanya masyhur di Indonesia. Mantan tentara ini juga dikenal di berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara Asia.
Salah satu pendiri rumah produksi SA Films, Alex Sihar, menjadi saksi kemasyhuran nama Usmar. Ia mengalaminya, pada 2010, saat merestorasi film karya Usmar,
Lewat Djam Malam, berbekal dukungan dana dari Singapura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memperbaiki sejarah itu penting, seharusnya siapa pun merasa penting. Tapi sayangnya Indonesia enggak. Waktu saya ngerjain [restorasi] Lewat Djam Malam, Singapura dan Amerika bantuin, tapi Indonesia enggakAlex Sihar, SA Films |
"Singapura
bantuin karena direktur Museum Nasional Singapura saat itu, Lee Chau Lin, bilang Usmar Ismail terlalu penting buat mereka. Kalau enggak ada Usmar, enggak akan ada sinema Singapura," kata Alex, saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com di Jakarta, pada Selasa (2/8).
Alex menjelaskan, sejak merdeka pada 1965, Singapura serius membangun negara mulai dari nol. Termasuk membangun industri perfilman yang meramaikan dunia hiburan.
Saat itu, salah satu perusahaan film terbesar Singapura, KT Film, mengajak Usmar sebagai sutradara untuk membuat film.
"(Perfilman) Singapura berutang besar sama Usmar. Mereka mau bayar balik lewat bantuan restorasi film
Lewat Djam Malam," kata Alex.
Tak hanya Singapura, sineas senior Amerika Serikat, Martin Scorsese, juga tertarik merestorasi film
Lewat Djam Malam.
Scorsese mengetahui proyek itu ketika mengunjungi studio L'Immagine Ritrovata di Italia yang mengerjakan proses restorasi film Usmar. Ia langsung menghubungi Alex, menyatakan keinginan untuk bergabung dalam proyek tersebut.
"Dia tiba-tiba kontak saya karena merasa film ini penting. Karya-karya Usmar itu terkenal di luar negeri," kata Alex.
Tak hanya Asia dan Amerika, karya Usmar juga dikenal oleh masyarakat Eropa. Terutama orang-orang yang berfokus pada bidang perfilman.
Kala itu, Alex sedang mempresentasikan restorasi
Lewat Djam Malam di Cannes Film Festival 2012. Tiba-tiba, salah satu kritikus film terkenal asal Perancis menyela.
Kritikus itu berkata bahwa
Lewat Djam Malam bukan hanya karya Usmar, tetapi juga milik penulis naskah bernama Asrul Sani. Seluruh negara di Asia mengenal Asrul sebagai penulis naskah andal asal Indonesia.
"Dia bilang seperti itu, saya
diingetin sama orang asing. Saya tahu mengenai hal itu, tapi rasanya
ketendang. Ternyata dia juga tahu karya Usmar sampai segitunya," kata Alex.
Alex melanjutkan, "Memperbaiki sejarah itu penting, seharusnya siapa pun merasa penting. Tapi sayangnya Indonesia enggak. Waktu saya
ngerjain [restorasi]
Lewat Djam Malam, Singapura dan Amerika
bantuin, tapi Indonesia enggak."
Tak hanya
Lewat Djam Malam, Alex bersama SA Film baru saja merestorasi film lain karya Usmar,
Tiga Dara.
Tentu saja biaya yang dikeluarkan untuk restorasi ini tidak murah. Kurang lebih total biaya restorasi ini US$260 ribu, atau setara Rp3,4 miliar.
Bagi Alex, itu biaya yang sangat wajar, terlebih untuk kondisi yang terlalu parah. Ia juga merasa itu tidak mahal jika berguna untuk mengembalikan sejarah Indonesia.
Alex menegaskan, "Nilai sejarah film ini gede banget. Enggak bisa
dibandingin."
Hasil restorasi film musikal yang dibintangi Mieke Widjaja, Chitra Dewi, Indriati Iskak, ini akan ditayangkan pada pertengahan Agustus 2016 di bioskop-bioskop di Indonesia.
(vga/vga)