Jakarta, CNN Indonesia -- Bali kini bukan hanya sekadar lokasi tujuan wisata. Melalui beberapa program, Bali diharapkan mampu menjadi gerbang pengembangan musik klasik di Indonesia.
Salah satu program pengembangan musik klasik di Pulau Dewata adalah penyelenggaraan Pesona Bali Open Piano Competition 2016 yang telah diselenggarakan 10-11 September lalu di Kuta, Bali. Kompetisi ini merupakan yang ke-15 kalinya dan sudah digelar di berbagai kota, seperti Jakarta dan Semarang.
Penyelenggaraan kompetisi piano klasik terbuka pertama tersebut diikuti oleh sekitar 160 kontestan untuk 12 kategori, yakni enam kelompok untuk lagu pilihan, dan enam kelompok untuk lagu bebas. Kelompok dibuat berdasarkan pembagian usia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain untuk pengembangan pencarian bakat piano klasik seperti Joey Alexander, pianis muda keturunan Indonesia yang meraih nominasi Grammy Awards lalu, acara ini juga mendompleng Bali sebagai lokasi wisata internasional agar dapat merangkul peserta asing.
Tidak dinyana, acara tersebut ternyata bajir peminat. Sempat mengalami pendaftaran yang membeludak, para peserta terpilih pun berasal dari berbagai lokasi baik di Indoensia maupun mancanegara.
Peserta lokal kompetisi tersebut datang dari 12 kota di Indonesia, sedangkan dari peserta mancanegara datang dari Inggris, Australia, Jepang, Korea, dan China. Mereka semua berkompetisi di depan para juri yang terdiri dari Henoch Kristianto, Adeliede Simbolon, Hendrata Prasetia, Tomislav Dimov dari Macedonia, Therese Wirakesuma, dan Aditia S.
Uniknya, banyak dari peserta kompetisi yang tampil dengan gaya pakaian tradisional Bali. Dengan udeng, sarung dan baju khas Pulau Deawata.
Menurut Eleonora Aprilita, ketua pelaksana Pesona Bali Open Piano Competition 2016, pemilihan Bali bukan karena popularitasnya sebagai pusat destinasi wisata. Bali dinilai punya potensi tersendiri di mata musik klasik.
"Perkembangan musik klasik di Indonesia terutama instrumen piano dan biola terjadi sangat pesat, termasuk di Bali. Banyaknya kompetisi nasional dan internasional di Bali semoga mampu membuat Bali jadi salah satu barometer perkembangan musik klasik," kata Eleonora, dalam rilis yang diterima
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Tidak hanya itu, banyaknya peserta kompetisi asal Eropa juga diharapkan menjadi pembelajaran bagi musisi klasik Indonesia.
"Kedatangan mereka memberikan peluang bagi pianis dan violinis Indonesia untuk bisa mengerti akan kelebihan dan kekurangan musisi klasik di Indonesia," terang Eleonora.
Adapun, budaya Bali yang kental juga dinilai memiliki atmosfer yang cocok sebagai barometer perkembangan musik, khususnya instrumen piano baik dari genre klasik, pop, ataupun jazz.
Bonusnya, Eleonora yang juga tergabung dalam lembaga pemerhati musik klasik, Opus Nusantara, menambahkan, Bali jauh lebih mungkin dikenal oleh musisi Eropa sebagai ‘kampung halaman’ musik klasik.
“Nama Bali yang sudah mendunia akan memudahkan musisi lokal mendapatkan atensi internasional, seperti yang terjadi pada musisi kelahiran Bali, Joey Alexander,” ujar dia.
(les)