Jakarta, CNN Indonesia -- Joe Corre tidak main-main. Anak dari mantan manajer grup band punk Sex Pistols itu benar-benar membakar memorabilia senilai US$6,2 juta sampai US$12,5 juta, Sabtu (26/11). Itu merupakan sebuah bentuk protes terhadap matinya musik punk.
Putra desainer Vivienne Westwood dan Malcolm McLaren itu menganggap musik punk sekarang tersublimasi ke genre mainstream. Kalau pun tidak, punk diidentikkan dengan pemberontakan anak-anak muda. Karena punk tidak lagi pada khitah-nya, simbol punk Sex Pistols pun tak diperlukan lagi.
Pembakaran itu dilakukan bertepatan dengan peringatan 40 tahun rilisnya lagu debut Six Pistols,
Anarchy in the UK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan
Reuters, api berkobar di sebuah kapal tongkang di Sungai Thames London. Bukan hanya koleksi seperti album, poster, busana, dan suvenir lainnya yang dibakar. Corre juga membuat patung figur-figur publik Inggris, mengenakan busana seperti Sex Pistols.
Patung Theresa May, David Cameron, dan Tony Blair yang didandani seperti personel band yang jaya tahun 1970-an itu, ikut dibakar. Acara itu dihadiri oleh sekitar 100 orang, yang mendengar Corre mengatakan, "Punk tidak pernah dimaksudkan untuk dikenang."
Ia menambahkan, "Punk telah menjadi alat penjualan lain yang bermaksud menjual sesuatu kepada Anda, yang tidak Anda butuhkan."
Corre tidak ingin punk masuk ke ranah mainstream. Musik itu baginya anti-kemapanan. Maka protes pembakaran memorabilia Sex Pistols pun ia lakukan juga untuk menandingi aksi Punk.London yang digagas Walikota London dan British Council. Aksi itu bermaksud merayakan musik punk.
Padahal protes yang dilakukan Corre tidak terlalu disetujui oleh Sex Pistols sendiri. Sang vokalis menyebutnya sebagai aksi yang sia-sia. Lebih baik mereka dijual lalu uangnya disumbangkan untuk amal. Sementara sang gitaris menyebutnya sebagai aksi yang bodoh.
"Saya ingin memarafrasekan Monty Phyton. Dia bukan juru selamat, dia bocah nakal. Saya pikir Joe bukan anti-Kristen, saya pikir dia orsng tolol."
(rsa)