Jakarta, CNN Indonesia -- Bila biasanya komik dibaca lewat buku atau komputer dan ponsel untuk versi digital, penerbit komik lokal Kosmik lebih inovatif. Bekerja sama dengan Artotel, mereka mendorong penggemar komik untuk membacanya melalui pameran lukisan.
Pameran itu bertajuk ‘Ceramic Sky: Iris Night Art Exhibition.’ Digelar di Artspace, Artotel Thamrin Jakarta, pameran itu bisa dinikmati sejak 24 sampai 30 November 2016.
Adalah Varsam Kurnia, ilustrator
Ceramic Sky yang juga melukis sendiri komiknya dengan cat air. Ia mengatakan, langkah untuk mengadakan pameran berdasarkan
artwork asli dari sebuah buku komik atau novel grafis merupakan sesuatu yang cukup jarang dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena
treatment komik ini sendiri memang seperti lukisan, jadi rasanya natural dibuat pameran seperti pameran lukisan dan memperkenalkan sesuatu yang baru di gallery scene di Jakarta," katanya saat ditemui di konferensi pers di Jakarta, Selasa (29/11).
"Biasanya kan koleksi lukisan saja, kini komik dengan
water color yang bercerita.”
Ceramic Sky, katanya, bermula dari keinginannya menantang diri membuat komik berlanjut berdasarkan cerita yang sudah ada. “Selama ini belum pernah menciptakan komik sekuensial.
Ceramic Sky jadi tantangan baru sebelum nanti memulai proyek untuk mengembangkan cerita dengan IP sendiri,” tuturnya. Komik itu dirilis di PopCon Asia, Agustus lalu.
Varsam bekerja sama dengan Sakti Yuwono sebagai penulis konsep cerita pertama
Ceramic Sky, Iris Night. Konsep awal yang dibuat Sakti didesain untuk menjadi komik 10 halaman seperti cerita-cerita pendek dalam Melankolia, komik yang diciptakannya. Namun, saat cerita dikembangkan, ia membuatnya menjadi lebih kaya lagi: sampai 30 halaman.
"Keasyikan sih, karena potensinya ada banget dan itu manuskrip kasar masih belum rapi. Sehingga ada potensi
story telling dan saya suka mengembangkannya," kata Varsam.
Tidak hanya cerita dan gambar yang istimewa, pemberian dialog pada komik juga mendapatkan perhatian serius. Jaka Ady dipercaya untuk membuatnya menyenangkan saat dibaca.
Agar menyatu dengan ilustrasi komiknya, Jaka mengatakan bahwa ia mencari referensi dari komik seperti
Blacksad, Southern Bastards dan
The Autumnlands. Gaya konvensional dirasa kurang cocok. Ia pun memilih balon dialog tidak seperti di komik-komik pada umumnya.
"Saya membuat tanpa stroke hitam dengan tepian yang tidak mulus, hingga tampak seperti sapuan kuas. Bentuk balon kata dibuat menyerupai balon Zeppelin dengan kait dialog yang panjang," kata Jaka menjelaskan.
Langit yang Tidak BiruSebagai komik pertama yang digarap, Varsam memberi
Ceramic Sky cukup tekanan dan sensasi tersendiri. Tapi semangat tak surut, mengingat ia ingin menyuguhkan karya lain.
 Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri Ceramic Sky dipamerkan di Artotel, Jakarta. |
“Karya yang tidak hanya bagus dari segi art namun juga mampu menceritakan sesuatu dengan baik,” katanya.
Ceramic Sky rencananya akan menjadi komik seri.
Iris Night menjadi cerita pembuka. Meski setiap cerita bisa berbeda, tema besarnya tetap sama, yakni
human condition. Kata Varsam, itu diinspirasi dari perjalanannya seperti cinta, kehilangan, dan perjuangan hidup.
Ceramic Sky dipilih sebagai judul dengan pertimbangan filosofis. “Semua cerita ini memayungi kehidupan manusia seperti langit. Namun, langit di sini tidak berwarna biru, melainkan abu-abu seperti keramik karena ulah manusia sendiri,” tutur Varsam menjelaskan.
Ceramic Sky: Iris Night mengisahkan Jonas, pesulap yang berniat balas dendam atas peristiwa masa lalunya. Cerita ini terinspirasi dari tragedi Balon Zeppelin pada 1937.
"Iris bermakna bunga, yang mana dalam beberapa budaya disimbolkan sebagai sesuatu yang mengawal jiwa setelah mati menuju surga. Iris juga nama seorang tokoh dalam cerita yang memainkan peran cukup penting," ujar Varsam. "Night sendiri menggambarkan sentuhan ‘gelap’ baik dari segi penceritaan maupun setting cerita," ia melanjutkan.