Jakarta, CNN Indonesia -- Skandal pemerkosaan di depan kamera yang terjadi saat pengambilan gambar
Last Tango in Paris, semakin ramai. Itu berkat artikel Elle yang membahas video pengakuan sutradara Bernardo Bertolucci yang diunggah sebuah lembaga nonprofit di Spanyol dalam rangka hari anti-kekerasan terhadap perempuan. Video itu sendiri sebenarnya sudah sejak 2013 lalu.
Selebriti-selebriti Hollywood pun berkomentar. Chris Evans, Anna Kendrick, Jessica Chastain, dan lainnya mengecam bagaimana Bertolucci mengaku ia dan Marlon Brando merencanakan penggunaan sejumput mentega untuk adegan pemerkosaan dengan Maria Schneider.
Ironisnya, Schneider tidak diberi tahu soal penggunaan mentega itu. Alasan Bertolucci, ia sengaja ingin membuat Schneider terkejut. Ia butuh ekspresi terhina dan marah sungguhan dari Schneider, bukan akting. Ia juga akhirnya mendapat air mata dan kemarahan yang nyata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bertolucci sudah angkat bicara soal skandal itu. Menurutnya, Schneider tahu ada adegan pemerkosaan, melalui skenario yang ia terima dan baca sebelumnya. Yang ia tidak tahu hanya penggunaan mentega, yang direncanakan Bertolucci dan Brando saat sarapan pagi harinya.
Ia merasa sedih dan buruk, bersalah, tapi tidak menyesali keputusannya itu.
Kini, giliran sinematografer Vittoria Storaro yang buka mulut. Ia mengaku tidak mengikuti kontroversi yang ada. Dirinya baru tahu dari teman bahwa film yang rilis 1972 itu kembali menjadi perbincangan. Ia terkejut, mengetahui film itu menjadi skandal yang ‘konyol.’
Kepada
The Hollywood Reporter yang secara eksklusif mewawancarainya, Storaro mengatakan bahwa tidak ada kejahatan apa pun yang terjadi saat pengambilan gambar. Kejutan yang dilakukan Bertolucci menurutnya adalah almi dan itu bagian dari pembuatan film. Ia bahkan mengklaim bahwa Schneider sendiri merasa sangat senang bisa menjadi bagian dari film itu.
Menurutnya, apa yang diperbincangkan media dan selebriti belakangan ini hanya dibuat-buat.
“Saya baca ada semacam kekerasan kepadanya [Schneider] tapi itu tidak benar. Itu tidak benar sama sekali. Saya ada di sana. Kami bikin film. Anda tidak sungguh-sungguh melakukannya. Saya di sana dengan dua kamera dan tidak ada yang terjadi. Tidak ada yang memerkosa siapa pun. Itu sesuatu yang dibuat-buat oleh jurnalis,” ujarnya menjelaskan.
Bertolucci kembali mencuatkan isu itu karena ia masih merasa bersalah pada Schneider. Sebab, ia tidak memberi tahu detail tentang bagaimana adegan pemerkosaan itu dilakukan.
Memang tidak semua orang perlu tahu soal detail adegan. Itu biasa dibahas oleh Bertolucci dan Brando pagi hari sebelum mereka memulai pengambilan gambar. Brando selalu ingin menambahkan opininya. “Setelahnya, Bernardo akan datang kepada saya dan menjelaskan bagaimana ia ingin melakukan adegan itu, setelah sepakat dengan Brando,” kata Storaro.
Hari itu, menurut Storaro, Schneider pun tahu akan ada adegan bercinta yang tidak biasa yang akan dilakukannya. “Semua tertulis, tapi setiap pagi memang Bernardo suka menambahkan sesuatu,” katanya. “Kami tahu skenarionya dan kami tahu apa yang ingin dilakukan. Tapi setiap pagi Anda akan datang dengan ide-ide yang berbeda,” ujar Storaro melanjutkan.
Ini pengalaman fantastis yang harus segera berakhir. Dia sangat menyesal film berakhir.Vittorio Storaro |
Tapi selama pengambilan gambar, penambahan ide itu tidak pernah mengalami masalah. Brando membawa atmosfer menyenangkan. Schneider, menurut Storaro, sempat menjadi aktris Perancis menyebalkan di awal-awal. Namun, ia justru menangis saat pengambilan gambar itu berakhir.
“Ini pengalaman fantastis yang harus segera berakhir. Dia sangat menyesal film berakhir.”
Film itu mendapat rating X di Amerika Serikat. Di Italia, negara asal sang sutradara, film itu malah dilarang. Tapi Storaro menganggap itu sebagai keunggulan. “Bukan hanya erotis, tetapi juga menyentuh momen sulit yang bisa dialami seseorang,” ujar Storaro memujinya.
Storaro sendiri bisa dibilang sebagai sinematografer berpengalaman. Ia memenangi tiga Piala Oscar dan dikenal lewat film-film seperti
Apocalypse Now dan
Reds and The Last Emperor. Ia sudah lama berkolaborasi dengan Bertolucci. Mereka pertama bekerja sama lewat drama Italia berjudul The Conformist, yang disebut paling menggugah secara sinema.
Dua tahun kemudian, mereka kembali bekerja sama lewat
Last Tango in Paris.