Jakarta, CNN Indonesia -- Kalau kini karya Haruki Murakami dikenal dunia, ada tiga pria yang berjasa di baliknya. Novel penulis asal Jepang Murakami, seperti
Norwegian Wood dan
1Q84 telah diterjemahkan ke puluhan bahasa di dunia. Novel barunya pun telah banyak dinanti.
Menerjemahkan buku Murakami bukan perkara mudah. Sang penerjemah harus 'satu kepala' dengan sang penulis, agar karya dipahami tanpa mengubah esensi dan mengaburkan kekuatan aslinya.
J. Philip Gabriel, seorang profesor Sastra Jepang di Universitas Arizona butuh waktu sangat lama untuk menerjemahkan karya Murakami. Gabriel juga merupakan penerjemah untuk karya penulis Jepang lain yang memenangi Nobel Sastra, Kenzaburo Oe.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buku-buku Murakami yang diterjemahkan Gabriel termasuk
1Q84, Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage, dan
Kafka On The Shore.
Seperti dilaporkan
Japan Daily Press, Gabriel kesulitan memaparkan nama-nama karakter dalam novel Murakami. Nama-nama itu bukan hanya ditulis dengan Kanji, melainkan juga butuh penjelasan.
Beruntung Murakami aktif membantu. Kebetulan ia memang juga sesekali berprofesi menerjemahkan tulisan F. Scott Fitzgerald, Raymond Carver, Truman Capote, John Irving, dan Paul Theroux ke dalam bahasa Jepang. Alhasil, penerjemahan bukunya pun lebih bergaya Amerika, bukan jadi translasi yang kaku.
"Dia [Murakami] memahami kesulitan dan tantangan menerjemahkan dengan baik," ujar Gabriel.
Oleh karenanya, Murakami pun secara aktif berperan dalam penerjemahan tulisannya ke Bahasa Inggris, yang mendorong "adaptasi" tulisannya menjadi seperti gaya Amerika daripada translasi langsung.
Penerjemah lain yang ikut membantu Murakami yakni Jay Rubin, seorang lulusan Sastra Jepang Universitas Harvard. Mulanya Rubin tak tertarik pada novel fiksi kontemporer Jepang. Tapi setelah mengulas
Wonderland and the End of the World, ia berubah pikiran dan memutuskan membaca segala tulisan Murakami dan membantu menerjemahkannya.
Diketahui, Rubin yang juga memiliki gelar Ph.D di sastra Jepang Universitas Chicago membantu menerjemahkan
The Wind-Up Bird Chronicle, Norwegian Wood, After the Quake, 1Q84 (Buku 1: April–Juni dan Buku 2: Juli-September),
After Dark, serta kumpulan cerpen
The Elephant Vanishes.
Nama Alfred Bimbaum pun tak mungkin dilupakan atau tak disebut dalam karier Murakami.
Sebenarnya, dari terjemahan Bimbaum lah, Rubin mengenal karya Murakami dan tertarik mengulas serta membantu menerjemahkannya. Bimbaum pria kelahiran Amerika yang dibesarkan di Jepang sejak usia lima tahun. Ia lulus dari universitas yang sama dengan tempat Marukami menimba ilmu: Universitas Waseda, Tokyo.
Ia berkuliah dengan mendapatkan beasiswa pendidikan di bawah Menteri Jepang dan menjadi pekerja lepas sebagai penerjemah sejak 1980.
Bimbaum membantu Murakami menerjemahkan
Hear the Wind Sing, Pinball, 1973, A Wild Sheep Chase, Dance Dance Dance, Hard-Boiled Wonderland and the End of the World, dan
Underground.
Kini, Bimbaum yang dianggap berhasil 'memasuki kepala Murakami' menjabat sebagai profesor penulisan kreatif dan terjemahan di Sekolah Internasional milik Universitas Waseda.