Pendiri Maxima Pictures Ody Mulya berpandangan bahwa para pelaku industri perfilman nasional sesungguhnya layak dibiayai, khususnya yang memiliki potensi namun tidak memiliki dana untuk merealisasikan kreativitas mereka.
"Mudah-mudahan ini bisa menjadi pembuka langkah untuk ke depan, bahwa bank sekarang bersedia untuk membiayai perfilman nasional. Selama ini, dari tiga menteri terakhir ini, semua baru wacana saja. Mudah-mudahan ini terlaksana, sehingga kami bisa meyakinkan bahwa risiko [investasi] di film itu tidak bahaya, seperti yang mereka takutkan selama ini," katanya.
Ody mengambil contoh bagaimana pemerintah Korea Selatan yang mau campur tangan dalam bidang permodalan dengan cara mendanai pembuatan film melalui lembaga Korean Film Council (KOFIC) yang berada di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata. Sementara di Indonesia, ungkap Ody, para sineas harus pusing mencari pendanaan film mereka. Sebagian besar sineas masih mencari dana segar dari para sponsor atau dana tanggungjawab sosial (CSR) dari perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami punya materi yang potensial, namun tidak ada modal, di situ kami harus cari sponsor. Itu pun banyak pertanyaannya. Sponsor akan tanya siapa pemainnya, benefit untuk mereka apa, dan lain-lain. Bagaimana pun sponsor punya penilaian dan kepentingan juga, jadi tidak sekedar mau menyeponsori, harus ada
take and give," ujarnya.
Ody menuturkan, tak jarang para sponsor sangat mempertimbangkan siapa aktor dan aktris yang akan membintangi film yang akan dibuat. Selain itu, sponsor juga memikirkan soal genre film tersebut.
"Misal saya pasang Bunga Citra Lestari, paling tidak dia duta beberapa produk. Dengan begitu, jika saya tawarkan proposal ke perusahaan produk itu, maka sponsor akan mempertimbangkan, karena sang aktris adalah duta mereka," katanya.
Ody mengimbuhkan, "Cuma tetap saja ada faktor-faktor tertentu yang tidak boleh dilakukan. Misalnya seorang duta sponsor tidak diperbolehkan untuk main film dengan genre tertentu. Jadi setiap produk ada rambu-rambu sendiri. Itu kadang-kadang menjadi kendala juga."
(res/rsa)