Gen 'Bollywood' dan Penciuman Tajam India di Film Indonesia

CNN Indonesia
Sabtu, 01 Apr 2017 11:04 WIB
Bos MD Entertainment Manoj Punjabi berpandangan bahwa gen memengaruhi keberadaan keturunan India dalam industri perfilman Indonesia.
Manoj Punjabi memproduseri film adaptasi buku Ayat-Ayat Cinta.' (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Walau sejak kecil telah terobsesi dengan dunia perfilman, Manoj bersama ayahnya, Dhamoo Punjabi mengawali langkah dalam mendirikan MD Entertainment melalui dunia sinetron.

"Sinetron itu makanan saya sehari-hari, jadi saya mulai dengan itu. Baru lima tahun kemudian mulai dengan film. Tapi, tahu-tahu 2005 saya sudah siap, dan 2006 saya dapat buku Ayat-Ayat Cinta, mau produksi itu dulu jadi mundur. Hingga saya memulai dengan film Kala punya Joko Anwar," tutur Manoj.

Kesiapan Manoj itu dibuktikan lewat 'penciuman tajam' untuk mewujudkan obsesinya dengan sesuatu yang berbeda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memulai dengan Kala (2007) bersama Joko Anwar, Manoj menyebut bahwa dia tahu itu bukan jenis film box office. Namun awal langkahnya seolah benar, film itu meraih penghargaan sutradara terbaik.

MD Pictures melanjutkan kiprahnya lewat film yang diadaptasi dari buku berjudul sama Ayat-Ayat Cinta pada 2008. Menjadi film bergenre romansa religi pertama, film itu meraih 3,7 juta penonton. Bahkan film itu memecahkan rekor penonton terbanyak yang sebelumnya diduduki film Hollywood, Titanic.

Empat tahun berselang, rekor Ayat-Ayat Cinta dipecahkan oleh MD Pictures sendiri dengan karya Habibie & Ainun. Film itu menarik lebih dari 4,6 juta penonton.

"Saya punya ambisi buat film yang top semua. Tidak sekadar, kalau dulu membuat film sebagai proyek, satu film off, satu film off. Sekarang film sudah jadi industri bagi saya," tutur Manoj.

Terlebih, Manoj memandang saat ini penonton film Indonesia telah pintar 'mengendus' mana film baik dan buruk. Pertumbuhan ekonomi di negara ini juga mempengaruhi daya beli masyarakat di mana mereka kini tak lagi enggan mengeluarkan uang untuk menyaksikan film di bioskop.

"Penonton Indonesia mau membayar, makanya beri dong yang bagus. Kalau beri yang busuk, saya tidak salahkan mereka [jika mereka tidak menonton]. Loyalitas orang Indonesia sangat kencang pada lokal," katanya.

Sebagai seorang produser, Manoj pun menaruh harapan pada industri film Indonesia ke depan. Dia berkeras ingin turut membangun industri film nasional, sehingga dapat berjaya di negaranya sendiri.

"Saya ingin film Indonesia bisa mengalahkan film asing, saya ingin bioskop tumbuh dengan proporsi benar, sehingga industri sehat. [Saya ingin] hubungan produser dan bioskop bisa bagus, sehingga berkembang dan jadi mengerti industri ini mau ke mana," ujarnya.

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER