Jakarta, CNN Indonesia -- Demi keberlangsungan menggelar acara di luar ruangan, tak dipungkiri bahwa jasa pawang hujan dipilih menjadi opsi untuk mengantisipasi permasalahan cuaca.
Salah satu yang mengakui hal itu adalah staf humas dan media Ismaya Live Kevin Wiyarnanda, saat dihubungi
CNNIndonesia.com, baru-baru ini.
"Untuk antisipasi [cuaca] kami sewa pawang hujan, walau ujung-ujungnya kembali ke Yang Maha Kuasa. Kami selalu berpikir positif dan berdoa juga untuk itu," kata Kevin saat berbagi soal persiapan gelaran We The Fest akhir pekan ini.
Hal yang sama disampaikan Kepala Promosi Java Jazz Production Ressanda Tamaputra. Menurutnya, acara festival yang diselenggarakan Java Festival Production kerap menggunakan pawang hujan. Menurutnya, itu wujud nyata dari peribahasa 'sedia payung sebelum hujan.’
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selalu menggunakan [pawang hujan]. Tapi ya mau pakai 10 pawang pun, kalau sudah hujan ya hujan. Kami pernah merasakan itu di Java Jazz, Java Rocking Land dulu," ujarnya saat dihubungi terpisah.
Arifin, penyedia jasa pawang hujan mengaku sering dimintai bantuan untuk kelancaran acara festival musik seperti We The Fest, Djakarta Warehouse Project dan Java Jazz, bahkan kegiatan kenegaraan di Istana Presiden.
"Festival musik sering, setiap bulan ada terus. Bahkan kalau hari libur, satu hari bisa dua acara, pernah juga sampai tiga. Kalau rutin, setiap tahun sampai tiga kali untuk acara di Ancol, Senayan, JIExpo Kemayoran. Acara pensi anak sekolah atau mahasiswa juga," tutur Arifin saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (10/8).
Selain acara musik, Arifin menyatakan dirinya sering membantu acara ulang tahun perusahaan. Tak jarang ia kemudian dijadikan langganan. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan mengaku pernah menerima permintaan mendadak dari Istana Kepresidenan.
"Permintaannya jarang dadakan, biasanya sudah buat penawaran dari satu bulan sebelum. Kecuali Istana, karena biasanya mereka sudah punya. Tapi belum lama ini [saya] dikontak dadakan untuk terima tamu. Hanya mereka yang boleh dadakan," katanya.
Arifin menyatakan dia turut membantu gelaran acara We The Fest.
Namun ia mengakui, dirinya tak selalu berhasil menghalau hujan.
"Kami enggak sempurna 100 persen, misal ada 20 acara, ada yang tidak berhasil satu. Ya 90-95 persen keberhasilannya," katanya.
Karena itu, Arifin menjelaskan, ia tak mengenakan pembayaran di muka. Alih-alih, ia selalu membuat kesepakatan dengan para klien untuk mengurus pembayaran setelah hasilnya terlihat.
"Kalau minta uang muka itu harus konsekuensi, harus ketemu juga. Bagi kami yang penting bantu dulu," katanya.
Berbeda dengan Arifin, pawang hujan lainnya, Eko, memilih menerapkan pembayaran di muka. Bila sukses, dia baru menerima sisa pembayaran. Namun, jika hujan datang, ia membebaskan kliennya untuk tidak membayar sisanya.
"Pembayarannya uang muka dahulu. Kalau tidak hujan, bayar untuk tim suksesnya istilahnya. Kalau tidak [berhasil], ya tim suksesnya tidak dibayar," ucapnya.
Soal berapa yang dibayar, Arifin memberi beragam harga, tergantung pada waktu penggunaan jasanya.
"Kalau acara peresmian gedung, untuk dua sampai tiga jam atau acara pendek begitu Rp1,5 juta," tuturnya.
Tapi festival musik, termasuk persiapan dan acara, biasanya ‘menyewa’ jasa Arifin untuk lima hari penuh.
"Kalau acara musik tidak pernah pendek waktunya, walau cuma sehari mereka biasanya untuk persiapan juga, [untuk] pasang panggung, lampu, tenda. Satu hari bisa mencapai di atas Rp6 juta," katanya.
Sementara Eko, yang lebih banyak membantu acara pernikahan dan pembangunan gedung, mengatakan bahwa tarifnya berkisar pada harga Rp1,5 juta.