Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum Diah Permatasari, Kiki Fatmala, Julia Perez, Dewi Persik maupun Ayu Laksmi berperan sebagai hantu di film, Indonesia sudah punya legenda horor, yakni Suzzanna.
Siapa tak kenal nama itu. Ada yang mendengar namanya saja sudah ketakutan. Terbayang wajah seram pucat dengan riasan mata tebal dan rambut panjang awut-awutan. Ekspresinya dingin.
Dengan ekspresi datar itu Suzzanna menghebohkan jagat film horor. Indonesia seakan punya ratu horor sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan penampilan ikonisnya, Suzzanna muncul di banyak film horor. Sebut saja
Beranak dalam Kubur, Sundel Bolong, Ratu Ilmu Hitam, juga
Nyi Blorong.Ia juga bermain di
Nyi Ageng Ratu Pemikat, Perkawinan Nyi Blorong, Telaga Angker, Ratu Sakti Calon Arang, Bangunnya Nyi Roro Kidul, Malam Jumat Kliwon, Petualangan Cinta Nyi Blorong, Santet, Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro, Wanita Harimau/ Santet 2, Pusaka Penyebar Maut, Titisan Dewi Ular, Perjanjian di Malam Keramat, dan
Ajian Ratu Laut Kidul.
Terakhir, sebelum meninggal pada 2008 Suzzanna terlibat di film
Hantu Ambulance.
Total ada kurang lebih 19 film horor dari 41 film yang ia bintangi dari 1950 hingga 1991.
Suzzanna seakan ditakdirkan untuk horor. Bulan horor, atau dikenal dengan Halloween, yang dirayakan setiap 31 Oktober, juga adalah bulan kelahiran sekaligus kematian Suzzanna.
Pemilik nama asli Suzzanna Martha Frederika van Osch itu lahir di Bogor, Jawa Barat pada 13 Oktober 1942. Bakatnya di bidang akting sudah terlihat sejak kecil. Ia mulai menapaki karier pada 1950. Usianya masih delapan tahun saat itu. Delapan tahun kemudian, ia menggebrak lagi.
Suzzanna bahkan dijuluki ‘The Next Indriati Iskak’ di usia 16 tahun. Aktingnya memukau. Penghargaan melimpah. Beranjak dewasa, ia mulai banyak mendapat tawaran main film drama. Kelamaan Suzzanna bahkan ‘terjerumus’ dalam sebutan ‘bom seks.’
 Suzzanna berpenampilan seram di film horor. (Dok. Rapi Films) |
Itu karena ia berani bermain dalam film-film yang menampilkan adegan vulgar. Salah satunya
Bernafas dalam Lumpur, yang pada 1970 dirilis oleh sutradara Turino Djunaidy. Itu hanya selisih setahun sebelum Suzzanna menemukan jalan dan takdirnya di film horor.
Adalah Sisworo Gautama Putra yang ‘mementaskan’ Suzzanna dari film drama dan ikon bom seks serta membentuknya menjadi ratu horor. Kebanyakan film horor yang dibintangi Suzzanna, ia sutradaranya, meski dirinya bukan penggarap
Beranak dalam Kubur, horor pertama Suzzanna.
Film yang ditanganinya bersama Suzzanna termasuk
Sundel Bolong, Bangunnya Nyi Roro Kidul, Telaga Angker, dan
Nyi Ageng Ratu Pemikat.Sisworo menjadi sutradara terkenal kala Indonesia berada dalam masa keemasan perfilman, yakni di tahun '70-an hingga awal '90-an, sebelum ia mangkat pada 5 Januari 1993.
Nama Sisworo sendiri juga identik dengan horor. Sebelum menggarap film Suzzanna pada '80-an, ia sudah terkenal menguasai ranah perfilman bergenre horor.
Filmnya yang berjudul
Primitif sudah mendunia dan diedarkan di berbagai negara dengan judul berlainan.
Cannibales di Perancis dan
Der Todesschrei der Kannibalen di Jerman.
Ia juga sutradara
Pengabdi Setan yang pada 1980 beredar secara internasional, mulai dari Jepang hingga ke Eropa dan Amerika, dan kini didaur ulang oleh Joko Anwar.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Tak hanya terkenal karena menampilkan karakter seram di depan kamera. Kehidupan Suzzanna sendiri misterius. Ia dikenal punya ritual-ritual khusus menjadikannya cantik. Masalahnya, entah karena ia identik dengan hantu atau bukan, ritual itu juga dikenal mistis.
Misalnya, soal mengonsumsi melati.
Itu dikonfirmasi aktor sekaligus pasangan Suzzanna, Clift Sangra. Dia menyampaikannya pada Julia Perez saat ia berupaya menjadi titisan Suzzanna untuk film
Titisan Suzzanna.Clift yang pernah bermain bersama Suzzanna dalam film
Ajian Ratu Kidul (1991) mengatakan, setidaknya ada sembilan ritual yang harus dijalani untuk menjadi titisan Suzzanna.
Salah satunya, yang pertama dan terpenting, adalah kesediaan untuk mengonsumsi melati sepiring penuh setiap harinya. Di lokasi syuting pun, Suzzanna masih sering melakukannya. Disebut-sebut, panganan itu membuat kulit menjadi putih dan tetap kencang.
Selain itu, calon titisan tersebut juga harus bersahabat dengan ular. Suzzanna sendiri punya peliharaan ular yang sangat disayanginya. Ia selalu kedapatan menimangnya.
Larangan seperti memakai baju hijau di Pantai Parangtritis pun harus dilanggar jika ingin menjadi Suzzanna. Padahal mitosnya, mengenakan baju hijau di pantai Selatan bisa mendatangkan bahaya. Siapapun pemakai pakaian berwarna hijau bisa terseret laut dan bertemu Nyi Roro Kidul.
Suzzanna juga melakukan dua puasa ‘kejawen’, ngrowot dan ngebleng. Puasa ngrowot, ia hanya makan buah-buahan yang sama saat sahur. Seharian dari subuh sampai magrib, tidak mengonsumsi apa-apa. Sementara ngebleng, artinya menghentikan aktivitas sehari-hari. Tidak boleh makan, minum, keluar rumah, maupun melakukan aktivitas seksual selama 24 jam.
Ritual lain adalah menjilat parang tumpul di Yogyakarta. Sebelumnya parang itu harus dipendam di bara api hingga membara. Saat ritual itu dilakukan, harus ada satu orang yang mendampingi. Usai itu, mandi di Sendang Kemuning, dengan air dari tujuh mata air.
 Suzzanna disebut punya sejumlah ritual misterius. (Dok. Rapi Films) |
Tidak jelas apakah Suzzanna benar melakukan itu semua. Karena aktris legendaris itu sudah mangkat sejak 15 Oktober 2008 silam. Kematiannya pun menjadi misteri karena Clift disebut menguburkannya diam-diam. Ia hanya mengundang pemuka agama dan Ketua RT di TPU Giriloyo, Magelang, Jawa Tengah untuk mengantarkan sang legenda ke peristirahatan terakhirnya.
Suzzanna yang meninggal dalam usia 66 tahun bahkan dimakamkan satu liang lahat bersama anaknya, Ari Adrianus dan kakaknya, Irene Beatrix van Osch.
Rumor berembus, Suzzanna meninggal karena diabetes. Atau yang lebih gila lagi, Clift sengaja menghabisi pasangan hidupnya sendiri. Apalagi menurut pengakuan tiga asisten rumah tangganya, Clift disebut pernah berusaha membunuh Suzzanna demi harta warisan.
Dari mulut mereka diketahui bahwa Clift rela mengeluarkan uang Rp50 juta untuk pembunuh bayaran demi memuluskan rencana jahatnya itu. Namun kebenarannya soal itu juga tak pernah jelas.
Pada akhirnya, penyebab kematian Suzzanna tetap dianggap sebagai diabetes. Soal pemakaman yang terkesan diam-diam, terungkap memang ternyata itulah yang diinginkan sang aktris.
Penasihat hukum keluarga Suzzanna dari pihak Clift, Bambang Tjatur memastikan dalam surat wasiat yang ditinggalkan Suzzanna sang aktris meminta, saat ajal menjemputnya, proses upacara pemakamannya agar tidak dilakukan dan dipertontonkan secara besar-besaran.
Meski kematiannya menjadi misteri, namun sampai sekarang nama dan film-filmnya tetap besar dan ditonton banyak orang.