EKSKLUSIF

Sore bersama Pierre Coffin, Rokok dan Minions di Kepalanya

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 01 Nov 2017 16:40 WIB
Pierre Coffin, sutradara Minions dan Despicable Me berdarah Perancis serta Indonesia, berbicara masa kecil sampai menghasilkan makhluk kuning pencinta pisang.
Pierre Coffin, kreator minions yang berdarah Indonesia. (CNN Indonesia/Rizky Sekar Afrisia)
Jika ayahnya masih hidup dan melihat kesuksesannya sekarang, kata Pierre, mungkin ia akan bangga. “Tapi saya pernah sangat marah pada dia dan dia marah pada saya, jadi kami seperti terpisah,” ujarnya soal sang ayah.

Sang ayah, kata Pierre, berubah menjadi sosok yang tak ingin dijadikannya teladan. “Intoleran, sedikit rasis, suka marah, sangat menakutkan. Itulah kenapa kami jalan masing-masing. Sedih, tapi itu bukan salah saya.”

Yves Coffin, ayahnya, sebenarnya bukan tak suka dunia film.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pierre ingat sejak kecil sang ayah beberapa kali mengajaknya ke bioskop. Film pertamanya adalah kartun Robin Hood produksi Disney. Pierre lupa tahunnya.

“Saya tidak ingat pasti apakah itu saat dia tayang di bioskop. Tapi saya ingat jelas, ayah memaksa saya menontonnya dalam bahasa Inggris,” katanya.

Tapi film yang paling berkesan baginya berjudul Hair. Dirilis pada 1979, film tentang pasukan Amerika Serikat di Perang Vietnam itu adalah musikal.

“Mungkin itu kenapa saya punya banyak nada di film saya,” tutur Pierre.


Sejak kecil ia sebenarnya tak pernah membayangkan film-filmnya akan sebanyak sekarang dan dirinya sepopuler saat ini. Hingga kini pun Pierre tak yakin filmnya bagus dan dirinya terkenal. “Menghibur, mungkin iya,” ujarnya.

Tapi soal bagus atau tidak, ia sendiri masih bertanya.

Yang jelas, ia tahu minions lebih terkenal dari dirinya.

Menguntungkan, memang. Anak-anaknya suka sekali diundang ke acara-acara penayangan perdana film, bertemu selebriti. Tapi ia tak perlu popularitas.

Meski demam minions di mana-mana, Pierre Coffin penciptanya tak merasa terkenal.Meski demam minions di mana-mana, Pierre Coffin penciptanya tak merasa terkenal. (Dok. Akun Youtube Illumination)
“Saya pikir orang-orang tidak benar-benar tahu siapa di balik filmnya. Mereka mengenali saya ketika saya pergi ke festival animasi,” tuturnya. Tapi di luar itu, menurut Pierre ia bukan siapa-siapa. “Tapi itu keren,” ia menambahkan.

Sembari tersenyum Pierre berkata, “Saya jadi punya kehidupan normal. Saya tidak perlu takut hidup di mana pun, dengan barang-barang seadanya.”

Penampilan Pierre memang sederhana. Sore itu saja ia hanya mengenakan celana tiga per empat dan kemeja gombrong. Dengan busana itu pula ia menghadiri pembukaan UWRF 2017, di mana ibunya menerima Lifetime Achievement Award.

Ia bahkan tak repot membawa tas. Hanya ada ponsel di tangannya.

Saya jadi punya kehidupan normal. Saya tidak perlu takut hidup di mana pun, dengan barang-barang seadanya.Pierre Coffin
“Barang-barang penting lain saya kantongi,” ujarnya tenang, sembari menuntaskan rokoknya, lalu beranjak menuju mobil untuk menghadiri acara penganugerahan ibunya. Ia mempersilakan CNNIndonesia.com masuk lebih dulu.

Total, tiga atau empat batang rokok Pierre habiskan selama setengah jam itu. Namun anehnya, jika sudah menggambar minions atau kartun lain untuk bekerja, ia justru tak merokok. Bisa berjam-jam ia menggambar, tanpa merokok.

“Itu bagus sebenarnya. Saya memang harus diberi tekanan kapan harus selesai. Kalau tidak begitu, saya tidak akan punya apa-apa untuk dipamerkan,” ujarnya.

Waktunya tak pasti. Bisa sejak pukul enam pagi hingga tengah malam ia menghasilkan banyak gambar. Namun bisa juga esok harinya ia blank. Karena itulah, kata Pierre, ia butuh bertahun-tahun menghasilkan minions.


Kebanyakan gambarnya mungkin berakhir di tempat sampah. Tapi ia justru butuh menghasilkan lebih banyak gambar lagi sampai bisa mendapat yang terbaik.

Sore itu, CNNIndonesia.com berpisah dengan Pierre di pintu masuk Istana Ubud. Pencinta humor gelap dan humor kekerasan itu langsung disambut begitu masuk, dipersilakan duduk di kursi VIP di deret paling depan. Di samping ibunya.

Sembari menyentuh ramah dan tersenyum ia berkata, “Sampai jumpa lagi, ya.” (rsa)

HALAMAN:
1 2 3 4
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER