Jakarta, CNN Indonesia -- Celoteh Ernest Prakasa pada 24 April lalu cukup menyentil kondisi bioskop dan perfilman saat ini. Kala itu, komika yang beralih profesi menjadi sutradara ini menyebut kedatangan para pahlawan Marvel dalam
Avengers: Infinity War mematikan film Indonesia.
Ernest berbicara seperti itu sebagai tanggapan atas euforia yang terjadi di penonton bioskop di Indonesia menyambut film ke-19 Marvel Cinematic Universe tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajar, karena film ini digadang-gadang Marvel sebagai 'kiamat' para pahlawan perusahaan komik dan hiburan Amerika Serikat tersebut. Para pencinta Marvel pun telah menantikannya sejak lama.
Euforia pun bergelora, bahkan sejak tahun lalu ketika satu per satu trailer
Infinity War muncul di internet.
Bukan hanya soal cerita perjuangan seluruh pahlawan Marvel melawan musuh terbesar mereka, Thanos, namun hingga menebak tokoh yang gugur di dalamnya.
Namun tudingan Ernest bahwa Thanos bukan hanya membunuh karakter Marvel melainkan juga film Indonesia patut menjadi perenungan. Apakah benar Thanos ikut membunuh film-film Indonesia?
Avengers: Infinity War sebelumnya telah diumumkan bakal rilis pada Mei 2018 sejak Juli 2017 lalu. Namun pada awal tahun ini, Marvel mengumumkan
Infinity War dipercepat menjadi akhir April 2018.
Waktu percepatan itu ternyata bertepatan dengan rilisnya satu film Indonesia,
The Secret: Suster Ngesot Urban Legend. Film yang diproduseri, digarap, dan dimainkan oleh
Raffi Ahmad ini rilis dalam waktu yang bersamaan dengan
Infinity War.
Kesamaan jadwal ini bisa jadi sengaja dilakukan Raffi untuk menantang Thanos. Hal ini lantaran pada November 2017, film ini masih berlabel 'coming soon March 2018'. Namun jadwal itu berganti menjadi 26 April 2018, ketika diumumkan pada 2 Maret 2018 lalu.
[Gambas:Instagram][Gambas:Instagram]Raffi tergolong bernyali menyodorkan suster ngesot untuk berhadapan dengan Thanos. Dan seperti yang sudah diduga, kisah suster yang meninggal secara tak wajar itu pun kewalahan menghadapi kekuatan Thanos dengan
infinity stones-nya.
Hal ini bisa dilihat dari perhitungan proporsi layar antara
Avengers: Infinity War dan
The Secret: Suster Ngesot Urban Legend di ibu kota Jakarta, lokasi sekitar 50 persen layar di Indonesia yang berjumlah di kisaran 1.200 layar.
Berdasarkan pengamatan
CNNIndonesia.com,
Avengers: Infinity War berhasil menguasai 88 persen layar di ibu kota milik tiga jaringan bioskop terbesar, Cinema 21, CGV, dan Cinemaxx. Tiga jaringan itu menguasai sekitar 90 persen total layar di Indonesia.
Sedangkan secara umum,
The Secret Suster Ngesot Urband Legend di Jakarta hanya mendapatkan porsi layar 3,4 persen.
Untuk jaringan Cinema 21,
CNNIndonesia.com mengambil contoh sembilan lokasi bioskop 21 di Jakarta yang mewakili tiga lapisan masyarakat berdasarkan tingkatan ekonominya.
Hasil sample tersebut secara umum menunjukkan Cinema 21 memberikan 85 persen layarnya untuk
Avengers: Infinity War. Sedangkan untuk
The Secret: Suster Ngesot Urband Legend, hanya 9,2 persen.
Infinity War bahkan tercatat mengisi layar secara penuh di sejumlah bioskop, seperti di Blok M Plaza, Gandaria City, Plaza Indonesia, dan Metropole.
Film garapan Russo bersaudara ini juga punya porsi hingga 50 persen di Blok M Square yang didedikasikan untuk penayangan film Indonesia.
[Gambas:Youtube]Ruang gerak
The Secret di jaringan 21 itu sejatinya masih lebih lowong dibandingkan di CGV dan Cinemaxx. Di dua jaringan bioskop yang seutuhnya berorientasi bisnis ini, dominasi
Avengers: Infinity War di atas 85 persen.
Dari sembilan lokasi bioskop CGV di Jakarta, film
The Secret Suster Ngesot Urband Legend hanya ditemukan di AEON Mall Jakarta Green City. Itu pun hanya satu layar dari 11 yang tersedia.
Sedangkan jaringan bioskop milik Lippo Group, Cinemaxx, film
The Secret Suster Ngesor Urband Legend sepenuhnya 'dibuang' ke luar Jakarta. Cinemaxx memberikan 96 persen layarnya di Jakarta untuk Iron Man dan kawan-kawannya.
Meski terkesan miris, film lokal sebenarnya tak sepenuhnya hilang di Indonesia. Di ibu kota atau kota besar provinsi lainnya masih ditemukan jatah untuk film lokal, walau tak banyak.
[Gambas:Youtube]Namun kondisi "film lokal kalah dari asing" kali ini tidak terjadi pada 2016 lalu, ketika
Captain America: Civil War rilis dan bersamaan dengan tayangnya film lokal
Ada Apa dengan Cinta? 2.
Kala itu
CNNIndonesia.com mencatat, di Jakarta,
Captain America: Civil War diberikan 165 layar Cinema 21, enam layar Cinemaxx, dan 34 layar CGV. Sedangkan kisah sekuel roman antara Cinta dan Rangga mendapatkan 57 layar Cinema 21, dua layar Cinemaxx, dan enam layar CGV.
Secara hitungan kasar, setidaknya perbandingan
AADC 2 dengan
Captain America: Civil War kala itu hanya 1 berbanding 3, berbeda jauh dengan
The Secret Suster Ngesot Urband Legend dengan
Avengers: Infinity War yang 1 berbanding 26 layar.
Di sisi lain, secara bisnis, bioskop memang akan memberikan porsi layar kepada film yang membawa keuntungan mengingat bisnis ekshibisi bergantung pada jumlah tiket yang terjual.
"Kami tidak ada patokan kuota [jumlah film lokal dan asing], ya namanya juga pebisnis, asal ada uangnya, kenapa tidak?" kata Haryani Suwirman, Head of Programming & Conten CGV Indonesia, saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Ketika diterapkan film [lokal] apa saja datang dan harus terima [ditayangkan], kalau rugi [tidak ditonton], siapa yang nanggung?" katanya.
Sehingga, asumsi Ernest yang menyebutkan
Avengers: Infinity War akan mematikan film Indonesia bisa dibilang bermakna ganda.
Tudingan Ernest tersebut benar adanya bila melihat secara angka,
Avengers: Infinity War menggilas jatah penampilan Nagita Slavina dan Raffi Ahmad.
[Gambas:Youtube]Namun di sisi lain, faktor kekuatan film lokal untuk melawan
blockbuster seperti film Marvel juga mesti diperhitungkan, yang juga jadi tantangan bagi industri perfilman Indonesia.
Toh, setelah riuh
Avengers: Infinity War berlalu sekitar tiga pekan lagi, film lokal dengan kekuatan konten yang baik siap menarik penonton ke bioskop, seperti
Buffalo Boys pada Agustus, dan
Wiro Sableng pada September 2018.
(end)