Jakarta, CNN Indonesia --
Janet Jackson baru-baru ini mengungkapkan ia sempat berjuang melawan
depresi akibat rasa rendah diri, jadi korban rasisme, dan seksisme sejak kecil.
Pengakuan tersebut diungkapkan Jackson dalam sebuah esai yang diterbitkan majalah
Essence, media yang akrab di kalangan wanita Afrika-Amerika.
Dalam esainya, Janet Jackson menyebut ia mulai merasakan kebahagiaan sejak melahirkan anak pertamanya dari hubungan dia dengan konglomerat Wissam Al Mana, Eissa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jackson juga menyebut momen terberat dalam hidupnya dirasakan saat penyanyi 52 tahun tersebut berada di usia 30-an.
"Perjuangan itu amat intens. Saya dapat menganalisis sumber depresi saya selamanya," kata Jackson dalam esainya yang diterbitkan Rabu (20/6) waktu Amerika Serikat.
"Perasaan harga diri yang rendah mungkin berakar dari rendah diri yang saya alami semasa anak-anak. Ini dapat berhubungan dengan rasa gagal memenuhi standar sosial yang tinggi. Dan tentu saja selalu ada masalah rasisme sosial dan seksisme," lanjutnya.
"Kesemuanya berkumpul dan depresi jadi kondisi yang menakutkan dan terus melekat. Bersyukur, saya menemukan cara melaluinya," kata Jackson.
AFP menyebut dengan pengakuan ini, Janet Jackson mengalami hal yang mirip dengan kakaknya, Michael Jackson yang diketahui sempat dilarikan ke rumah sakit akibat kecemasan dan serangan panik.
Janet Jackson sebelumnya kembali ke industri musik pada 2015 melalui album
Unbreakable. Sebelum album ke-11 tersebut, Janet Jackson merilis album
Discipline pada 2008.
Usai merilis
Unbreakable, Janet mengumumkan
Unbreakable World Tour untuk mempromosikan album tersebut. Namun, tur tersebut ditunda pada 2016 karena kehamilannya.
Janet kemudian melahirkan Eissa, anak pertamanya dengan Wissam Al Mana pada Januari 2017. Tiga bulan setelahnya, Janet dan Wissam mengumumkan perpisahan mereka.
[Gambas:Instagram]Awal Juni ini, Janet Jackson dikabarkan berebut hak asuh anak dengan Wissam.
Seorang sumber mengatakan kepada
ET bahwa keputusan Janet Jackson amat protektif terhadap Eissa dari Al Mana adalah karena pengalamannya menikah dengan konglomerat Qatar tersebut.
"Janet hidup dalam sebuah kehidupan di mana ia merasa dikendalikan setiap waktu. Dia tidak ingin anaknya tumbuh dengan perasaan yang sama," kata sumber tersebut.
[Gambas:Youtube]Masalah depresi jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu, misalnya saja Into The Light ([email protected]) untuk penduduk Jabodetabek atau Inti Mata Jiwa untuk penduduk Yogyakarta dan sekitarnya ([email protected]). (end)