Jakarta, CNN Indonesia -- Agensi
BTS, Big Hit Entertainment, akhirnya angkat suara soal kontroversi terkait busana yang dikenakan anggotanya, yang menimbulkan polemik. Selain menyebutkan bahwa para anggota BTS tak bermaksud menyinggung perasaan pihak manapun, pihak agensi juga sampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan di masyarakat.
Menurut pernyataan resmi yang dirilis di laman Facebook-nya, pihak Big Hit telah menghubungi pihak-pihak terkait yakni asosiasi korban bom atom di Jepang dan Korea serta organisasi Simon Wiesenthal Center untuk meminta maaf terkait masalah yang ditimbulkan.
Dalam dua minggu belakangan, BTS memang menjadi bahan perbicangan hangat warganet. Kali ini bukan soal karya gemilang atau rekor baru yang mereka pecahkan, melainkan kontroversi atas atribut yang dikenakan para anggotanya di beberapa kesempatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini diawali dengan salah satu anggotanya, Ji Min, yang dianggap mengolok-olok korban bom Nagasaki lewat karikatur yang tertera di kausnya. Polemik terus berlanjut dengan sebuah protes Simon Wiesenthal Center atas topi yang dikenakan RM pada sebuah sesi foto serta bendera yang dikibarkan di sebuah penampilan pelantun 'FAKE LOVE' ini.
Kedua atribut tersebut dianggap menyematkan semangat NAZI sekaligus menyinggung perasaan para korban kekejaman NAZI pada Perang Dunia II.
"Ini adalah permintaan maaf kami atas masalah-masalah yang telah disebutkan di atas. Perihal pakaian terkait bom atom, itu tidak dilakukan dengan maksud apapun. Kami juga telah mengonfirmasi bahwa kaus tersebut diproduksi juga bukan dengan maksud menyinggung para korban bom atom," tulis pihak agensi.
Kemudian, agensi yang terbentuk pada 2005 silam itu juga menjelaskan soal topi yang dipakai RM. Pihaknya menyebutkan bahwa topi tersebut merupakan pemberian dari pihak yang penyelenggara. Baik RM maupun pihak penyelenggarapun tak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun terlebih korban holocaust NAZI.
Perihal bendera mirip NAZI, pihak agensi membenarkan memang bendera tersebut dikibarkan pada penampilan BTS di konser ulang tahun 2017 dari boyband legendaris, Seo Taiji. Namun, pengibaran tersebut dimaksudkan justru untuk mengkritisi sistem pendidikan yang totaliter dan terpaku pada standar semata.
"Gambar pada bendera tersebut murni sebuah karya seni dan tak ada hubungannya soal Nazisme. Pesan dari penampilan tersebut justru ditujukan untuk mengkritisi sistem pendidikan yang distandarisasi. Jika dikaitkan dengan Nazisme, maka hal ini tidak benar sama sekali sebab maksud penampilan kala itu untuk mengkritisi realita totalitarian semacam itu," jelasnya.
Dalam pernyataan yang lebih lanjut, agensi bentukan Bang Si Hyuk ini mengungkapkan akan menyeleksi dengan lebih saksama atribut dan pakaian yang akan dikenakan para anggota BTS.
"Prinsip kami adalah memberikan kenyamanan dan luapan rasa melalui musik dan artis kami. Di ke depannya, kami akan lebih hati-hati mempertimbangkan detil promosi sehingga tak menimbulkan kerugian untuk orang lain," tulis Big Hit.
"Sekali lagi kami meminta maaf kepada pihak-pihak yang tersinggung dan dirugikan atas isu ini," tambahnya.
(dna/rea)