Jakarta, CNN Indonesia -- Produser
Dilan 1991 Odie Mulya Hidayat tidak terganggu dengan demo dan protes terhadap filmnya di Makassar. Ia justru senang karena
Dilan 1991 tetap banyak yang menonton.
"Saya seneng aja [didemo], karena makin didemo makin
full," ujarnya enteng dalam pemberian rekor MURI terhadap
Dilan 1991 di Jakarta, Minggu (3/3) kemarin.
Awalnya, Odie mengaku kaget akan soal demo itu. Namun menurutnya itu hanya dilakukan segelintir oknum yang tidak paham, bahkan belum menonton film yang dibintangi
Iqbaal Ramadhan dan
Vanesha Prescilla itu. Ia pun sudah bernegosiasi dengan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan kata mereka
Dilan itu mengandung konten nafsu syahwat, ada kekerasan. Katanya ada ciuman, saya tanya 'menit keberapa?' Kata dia menit 19, padahal itu tidak benar," ia bercerita. Ia pun menganggap mereka yang memprotes sekadar menebak isi film Dilan 1991.
Dilan 1991, katanya, tak hanya diprotes satu pihak. Ia sampai harus menghadapi dua kali protes dari pihak yang berbeda. Namun dipastikan itu tidak mengganggu
Dilan 1991.
"Dilan diapresiasi sangat baik di sana, sampai bioskop
full," ujarnya.
Ia mengimbau, jika ada protes lain soal
Dilan 1991, sebaiknya dilayangkan ke Lembaga Sensor Film (LSF), bukan bioskop atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Menurut LSF film ini [untuk] 13 tahun kok. Kalau ada seksnya itu gimana?" kata Odie lagi.
Ia khawatir itu mengganggu film nasional dan karya anak bangsa.
Dilan 1991 menjadi fenomena baru di industri perfilman Indonesia. Baru dirilis 28 Februari lalu, film itu meraih lebih dari 2 juta penonton pada hari ketiga. Penghasilan kotornya dari penjualan tiket bahkan sudah mengalahkan debut
Avengers: Infinity War di Indonesia.
"Saya senang bisa mengalahkan
Avengers. Semoga film lokal bisa merajai negeri sendiri," ujar Odie, yang menargetkan Dilan 1991 bisa mengalahkan
Warkop DKI Reborn.
Film pertama
Warkop DKI Reborn tercatat mencapai 6,8 juta penonton. Sementara
Dilan 1990 mencapai 6,3 juta saat dirilis tahun lalu.
 'Dilan 1991' diprotes di Makassar. (Dok. Istimewa) |
(rsa)