Jakarta, CNN Indonesia -- Selama beberapa tahun terakhir, nama
Dipha Barus seolah 'menguasai' skena musik elektronik Jakarta. Ia tak mendapatkan hal itu hanya dalam semalam. Dipha harus mempertahankan konsistensi, sebuah hal yang tak mudah.
Mulanya, Dipha Barus adalah seorang 'anak band'. Ia mengawalinya dengan memainkan nada-nada punk, sebelum beralih ke Brit-pop, dan mengenal funk ala Jamiroquai. Berperan sebagai seorang bassist, Dipha lantas belajar memainkan berbagai instrumen lain.
Nyaris segala hal terjadi secara natural dalam hidup Dipha Barus, pria yang kini disebut memutuskan menjadi seorang vegetarian dan menerapkan hidup sehat. Demikian pula dengan musik elektronik, yang ia kenal dengan tak sengaja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berada di Singapura untuk menemani pengobatan sang ayah, ia diperkenalkan dengan genre drum&bass untuk pertama kalinya oleh seseorang tak ia temui di sebuah toko musik. Dipha mengajak seorang kakak sepupu datang ke acara di klab malam, dan sejak malam itu, hidupnya berubah.
Bukan berarti Dipha menjalani kehidupan dengan mulus. Sang ayah sempat menentang keinginannya serius bermusik. Mendapat saran tersebut, Dipha akhirnya mengambil studi desain grafis di Malaysia. Selang beberapa tahun, baru ia tahu bahwa ia mendapat beasiswa di Berklee College of Music.
Nasi sudah jadi bubur. Dipha menerima kenyataan itu, tetapi juga tak bisa memaksa diri bekerja sebagai desainer grafis. Pulang ke Indonesia, Dipha kembali pada panggilan hatinya, musik.
Dari peredaran acara ke acara, Dipha Barus makin bergaung. Lebih banyak orang mendengar namanya dan bergoyang mengikuti irama yang ia mainkan. Hingga akhirnya, ia me-remix lagu
Love Song milik Bayu Risa (2013) dan
Oh Baby dari Rinni Wulandari (2015). Kemudian, ia berkolaborasi dengan Rinni Wulandari dan Teza Sumendra dalam
Lemme Get That serta bersama Kallula dalam
No One Can Stop Us, keduanya rilis pada 2016.
[Gambas:Youtube]Kolaborasi menjadi hal biasa untuk Dipha Barus yang juga seorang produser. Ia mendukung Bunga Citra Lestari dalam
Aku Wanita (2017), sebelum meperdengarkan
All Good bersama Nadin, dan
Decide bersama A. Nayaka, Matter Mos dan Ramengvrl di tahun yang sama. Tak sedikit dari lagu-lagu itu yang mengantarnya membawa pulang sejumlah penghargaan, seperti Karya Produksi Kolaborasi Terbaik di Anugerah Musik Indonesia pada 2017 dan 2018, atau Song of the Year di ajang Indonesian Choice Awards 2017.
 Dipha Barus dan Monica Karina mengangkat piala yang mereka dapat dari Anugerah Musik Indonesia 2018 silam lewat lagu 'Money Honey (Count Me In)'. (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) |
Tahun 2018 menjadi saksi usaha Dipha merangkul ranah yang lebih luas. Ia berkolaborasi dengan salah satu penyanyi kesayangan Indonesia, Raisa dalam
My Kind of Crazy dan
Mine. Beberapa karyanya yang masih jadi pembicaraan termasuk proyek bersama
Money Honey (Count Me In) dan
Skin To Skin bersama Monica Karina, serta
Easy Love milik Lauv yang ia remix.
Di 2019, Dipha Barus telah menambah dua lagu dalam diskografinya, yakni
Woosah dalam sebuah proyek bersama Matter Mos dan Candra Darusman, serta
You Move Me, kembali bersama Monica Karina.
Dipha Barus bakal hadir di
Music at Newsroom CNNIndonesia.com dan bisa disaksikan secara live streaming pada Jumat (27/9) pukul 15.00 WIB.
(rea)