Bioskop Korea Selatan perlahan bangkit di tengah pandemi Covid-19 berkat berbagai cara yang dianggap dapat menjadi contoh bagi negara lain.
Kebangkitan ini sangat berhasil mengingat salah satu pasar film terbesar di dunia ini pernah mencatatkan jumlah penonton terendah sepanjang sejarah dalam 16 tahun terakhir.
Namun kini, bioskop Korea Selatan perlahan hidup kembali dan membuktikannya dengan capaian lebih dari 1 juta penonton bagi film #ALIVE pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut bisa terjadi berkat koordinasi yang baik antara pemerintah, pihak bioskop, sineas, serta masyarakat.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam mempertahankan bioskop Korsel tetap hidup bahkan di tengah pandemi adalah peran aktif pemerintah.
Pemerintah menggencarkan sejumlah upaya tak lama setelah Korea Selatan menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak kedua di dunia setelah China, di mana virus corona pertama kali ditemukan.
Kala itu, Februari 2020, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korsel langsung memangkas iuran yang wajib diberikan bioskop hingga 90 persen.
Pemerintah Korsel mengambil langkah itu setelah melihat jumlah penonton yang terus menurun hingga menjadi 1,83 juta selama Maret 2020.
Awalnya, bioskop harus menyumbangkan tiga persen dari seluruh penjualan tiket mereka setiap bulan kepada Dewan Perfilman Korea. Kondisi buruk yang menimpa industri perfilman membuat persentase iuran itu mengerdil menjadi 0,3 persen sejak Februari 2020.
Bioskop independen dan kecil dengan angka pendapatan kurang dari 1 miliar won atau sekitar Rp12,73 miliar per tahun bahkan tak diharuskan menyumbang.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengizinkan bioskop menunda pembayaran 0,3 persen itu hingga akhir tahun tanpa biaya keterlambatan. Rencana itu kemudian dibulatkan dengan koordinasi bersama Kementerian Keuangan Korsel.
Kondisi di Korsel sempat membaik dengan kasus baru per hari hanya belasan bahkan satu digit dan nol kematian selama beberapa waktu. Presiden Moon Jae-in pun melonggarkan kebijakan jaga jarak.
Dewan Perfilman Korea (KOFIC) lantas menyuntikkan dana 17 miliar won atau sekitar Rp199,3 miliar (1 won=Rp11,72) untuk membantu industri perfilman lokal.
Dana itu digunakan untuk memberikan potongan 6 ribu won atau sekitar Rp70 ribu per satu tiket nonton mulai 4 Juni. Biasanya, satu tiket nonton di Korea dijual 12 ribu won atau sekitar Rp140 ribu. Potongan itu juga hanya diberikan akhir pekan demi menarik lebih banyak penonton.
Diskon berlaku di tiga jaringan bioskop terbesar Korea, yakni CGV, Megabox, dan Lotte Cinema. KOFIC juga memberikan bantuan dana kepada bioskop-bioskop kecil serta independen.
Bantuan itu terbukti mendatangkan penonton. Berdasarkan data KOFIC, Invader, film terbaru Song Ji-hyo, langsung menguasai box office lokal sejak tayang pada Kamis (4/6). Lebih dari 288.819 tiket film tersebut laku terjual dalam empat hari penayangan.
Sebelum bioskop resmi dibuka secara massal, pemerintah juga menerbitkan sederet aturan, seperti mewajibkan penonton dan pengunjung mengenakan masker dan menjalani pengecekan suhu, jaga jarak tempat duduk, hingga larangan makan-minum dan berbicara selama di bioskop.
Jun Byung-yool, salah satu anggota KOFIC, menyatakan bahwa tingkat penyebaran virus bisa ditekan apabila penonton tidak membuka masker bahkan untuk makan dan mengobrol dengan pengunjung lainnya.
Tiga jaringan bioskop terbesar di Korea Selatan, CGV, Lotte dan Megabox, juga punya cara tersendiri untuk menjaga bioskopnya tetap hidup. Mereka menyewakan studionya untuk penayangan pribadi sejak pekan kedua April 2020.
Satu studio Megabox bisa disewa maksimal 15 orang dengan tarif 100 ribu won atau sekitar Rp1,26 juta. Satu studio kelas eksekutif juga bisa disewa maksimal 10 orang dengan biaya sekitar 300 ribu won atau Rp3,8 juta.
Penyewa juga bisa memilih film yang hendak ditonton seperti biasa. Namun, mereka harus mendaftar dan mengajukan tiga hari sebelumnya melalui laman resmi bioskop.
Seperti dilansir Korea Herald, CGV juga sudah melakukan hal itu sejak 16 April. Penikmat film bisa menyewa studio untuk dua orang dengan biaya sekitar 30 ribu won atau Rp380 ribu.
Pihak bioskop juga tetap memastikan kebersihan, kesehatan, dan keselamatan. Mereka selalu membersihkan sekaligus menyemprotkan cairan desinfektan sebelum dan setelah penayangan film.
![]() |
Setiap penonton dan karyawan yang datang akan dicek suhu dan kondisinya sebelum masuk. Mereka juga mewajibkan penggunaan masker selama berada di bioskop.
Sebagaimana dilansir Yonhap, sejak April lalu jaringan bioskop di Korea Selatan bersama pemerintah mengembangkan sistem Smart Pass yang akhirnya mulai berlaku pada Mei 2020.
Smart Pass merupakan teknologi yang bisa mengetahui pengunjung menggunakan masker dengan benar atau tidak. Smart Pass akan bereaksi ketika seseorang tidak mengenakan masker dengan benar atau tidak sepenuhnya menutupi hidung.
Smart Pass juga bisa menghalau pengunjung masuk bioskop atau studio apabila belum mengenakan masker secara benar. Tak hanya itu, teknologi itu juga tidak akan mengizinkan pengunjung masuk apabila memiliki suhu 37,5 derajat setelah beberapa kali pengecekan.
Sistem tersebut secara otomatis akan mengembalikan uang pembelian tiket kepada orang-orang yang tak bisa masuk bioskop. Teknologi itu sudah diberlakukan di 115 bioskop yang tersebar di Korea sejak Jumat (29/5).
Bioskop Korea Selatan sejatinya tak pernah benar-benar mati kala pandemi. Beberapa bioskop masih beroperasi, terlihat dari data KOFIC yang menunjukkan penjualan tiket selama pandemi, mulai awal Maret hingga Juni 2020.
Pandemi memang membuat rumah produksi mengurungkan niat penayangan film terbaru mereka. Namun, tak berarti bioskop sama sekali tidak memiliki film untuk ditayangkan.
Bioskop memilih menayangkan film-film hit, seperti The Greatest Snowman, La La Land, A Star is Born, Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, Batman Begins, dan The Dark Knight, yang bisa membuat mereka tetap beroperasi dan mendapatkan penonton.
![]() |
Dengan demikian, Korea seakan memiliki banyak tabungan film yang siap ditayangkan ketika bioskop beroperasi normal.
Kala kondisi membaik pada Juni, rumah produksi sekaligus distributor film, seperti Lotte Cultureworks dan Acemaker Movie Works, berlomba-lomba merilis film yang tunda tayang, mulai dari Intruder, Innocence, Me and Me, serta #ALIVE.
Bioskop Korea Selatan juga akan menayangkan salah satu film yang paling dinantikan tahun ini, Train to Busan 2: Peninsula, pada 15 Juli. Film laga Deliver Us From Evil serta thriller Steel Rain 2: Summit juga akan tayang dalam waktu dekat.
Namun, kebangkitan perlahan ini bukan berarti tanpa pengorbanan. Jaringan bioskop terbesar di Korsel, yakni CGV, menawarkan pensiun sukarela kepada karyawan pada Maret, ketika mereka harus menutup 1/3 bioskopnya.
Melansir Yonhap, hal serupa juga dilakukan Lotte Cinema yang terpaksa meminta banyak karyawannya mengundurkan diri akibat penyusunan kembali rencana. Keputusan itu diambil setelah menyadari pemotongan gaji karyawan dan petinggi tak menutupi kerugian.
PHK di industri perfilman Korsel menjadi hal yang tak bisa dihindari kala virus corona menyebar pesat sejak akhir Februari. Total pendapatan dari bioskop Korsel periode Maret-Juni 2020 turun 90 persen dari periode yang sama tahun lalu.
(has)