Sejumlah sineas Indonesia seperti Riri Riza mengakui pandemi Covid-19 menjadi tantangan sangat besar terutama ketika perkembangan pasar film sedang baik dalam beberapa tahun terakhir.
Kendati demikian, pandemi ini juga membuka peluang bagi perkembangan film serta sineas Indonesia, yakni perkembangan layanan streaming.
"Peluangnya ada digital platform. Selama ini banyak cerita teralienasi dari bioskop. Bioskop berubah menjadi arena film-film major," kata Riri Riza dalam diskusi Merayakan Keberagaman Film Indonesia, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara banyak pembuat film independen dan produser yang emerging jadi bisa punya tempat lebih besar," lanjutnya.
Ia mencontohkan film terbarunya, Humba Dreams, yang bisa dinikmati oleh warga Waingapu, Sumba, NTT melalui layanan streaming.
Hal serupa dirasakan Produser Tanakhir Film, Mandy Marahimin, yang mendapatkan jangkauan penonton lebih luas di tengah pandemi.
"Film SEMES7A tidak didistribusikan secara luas. Kami sempat memikirkan pemutaran keliling. Kemudian pandemi menyerang," ucap Mandy Marahimin.
"Melalui layanan streaming seperti Netflix, kami bisa bilang filmnya tayang 17 Agustus. Bukan cuma penonton di kota lain, tapi juga diaspora Indonesia. Lebih mudah dan lebih luas," katanya.
Di sisi lain, Mandy juga melihat pandemi sebagai sebuah peluang bagi para sineas untuk banyak belajar. Hal tersebut disebabkan banyak festival-festival film bagi dalam dan luar negeri diselenggarakan secara daring sehingga bisa diikuti bahkan dari rumah.
"Ini kesempatan untuk filmmaker muda karena pandemi banyak festival film dilakukan daring. Ini sarana edukasi yang baik, kita bisa liat banyak film dari rumah," tuturnya.
Pertumbuhan layanan streaming serta peluang yang terbuka akibat pandemi ternyata membuat para sineas refleksi serta membaca ulang strategi di masa mendatang.
Riri Riza mengatakan mulai memikirkan etika kala produksi seperti sadar mengenai kesehatan dalam lokasi film, kondisi lingkungan, dan menjaga perilaku di set.
"Ini menjadi waktu jeda yang baik bagi pelaku industri untuk kembali memikirkan itu. Kesehatan, prosedur kerja. Semoga setelah ini sikap kami sebagai pembuat film terpengaruh dengan jeda yang terjadi," katanya.
Sementara itu, Produser BASE Entertainment Shanty Haramain meyakini semua peluang yang dirasakan sineas serta pecinta film melalui layanan streaming kala pandemi tak akan menurunkan niatan terhadap bioskop.
"Pengalaman sinema itu beda sekali. Keduanya akan berjalan berdampingan karena memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda. Ke depan sinema sangat challenging tapi saya yakin penonton akan kembali dan diuntungkan dengan keduanya (bioskop dan layanan streaming)," kata Shanty.
Keyakinan itu juga disampaikan Mandy. Ia mencontohkan bioskop di beberapa negara yang tetap penuh, sesuai dengan pengurangan jumlah kapasitas demi jaga jarak, ketika kembali dibuka.
Menurutnya, pengalaman seperti duduk di ruangan gelap bersama orang lain yang tak saling mengenal masih belum tergantikan.
Serupa, Communications Manager Netflix Indonesia Kooswardini Wulandari yang ikut serta dalam diskusi tersebut mengatakan layanan streaming dan bioskop bisa berjalan bersama-sama setelah pandemi.
Di sisi lain, ia menyatakan Netflix selalu membuka pintu bagi sineas Indonesia untuk menunjukkan keberagaman cerita kepada masyarakat dan dunia.
"Kami tak bedakan lagi konten tertentu hanya cocok di area tertentu dan bisa digemari negara lain. Kontrol kembali kepada penikmat," kata Dini.
"Jadi dengan keberagaman (bioskop dan layanan streaming) bisa berdampingan. Itu seperti makanan. Ada kalanya ingin delivery makan di rumah, tapi di saat yang lain ingin makan di luar," tuturnya.
(chri/end)