Demi Lovato menyebut dirinya sudah memiliki gambaran tersendiri ketika melangsungkan pernikahan dengan Max Ehrich nantinya, termasuk soal pilihan gaun yang bakal dipakai menuju altar.
"Saya punya gambaran saya sendiri atas apa yang saya mau bila akan menikah. Saya tak mau memberikannya begitu saja namun jelas bukan gaun putih," kata Lovato kala diwawancara PopCrush.
Meski belum memiliki gambaran lebih detail terkait busana yang akan dikenakan kala menikah, Lovato mengakui ia sudah mulai mencari-cari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ia menyebut kini lebih fokus memastikan acara pernikahan nanti sespesial yang ia bayangkan. "Saya ingin memastikan ini tetap sakral antara saya dan dia," katanya, dikutip dari People.
Demi Lovato sebelumnya mengumumkan telah bertunangan dengan aktor Max Ehrich pada 22 Juli lalu, kurang dari empat bulan setelah hubungan mereka terkuak ke publik.
Ehrich yang berusia 29 tahun dilaporkan People melamar Lovato di Malibu, California, dengan cincin berlian yang dirancang oleh Peter Marco.
Setelah Lovato menerima lamaran tersebut, pelantun Heart Attack tersebut membagikan kabar itu ke media sosial lengkap dengan foto mereka berciuman di tepi pantai.
"Ketika saya masih kecil, ayah kandung saya selalu memanggil saya "rekan kecil"nya, sesuatu yang mungkin terdengar aneh tanpa aksen Selatan yang mirip cowboy," kata Lovato dalam unggahan tersebut.
"Bagi saya ini membuatnya masuk akal. Dan kini kata itu masuk akal lagi namun hari ini saya resmi akan menjadi rekan seseorang yang lain," lanjutnya.
"Max Ehrich, saya tahu saya mencintaimu kala saya bertemu denganmu. Itu sesuatu yang tak bisa digambarkan ke seseorang yang belum mengalaminya langsung namun saya beruntung mengalami itu semua," kata Demi Lovato.
Di sisi lain, Demi Lovato pada April lalu mengingatkan penggemarnya untuk tetap menjaga kondisi kesehatan mental di tengah krisis akibat wabah virus corona.
Dalam peluncuran The Mental Health Fund, pelantun I Love Me ini mengingatkan bahwa masih banyak orang yang menganggap mencari bantuan tentang kesehatan mental sebagai simbol kelemahan.
"Sering kali masyarakat kita beranggapan bahwa jika kita meminta bantuan, kita adalah orang yang lemah. Namun sesungguhnya, hal terkuat yang dapat dilakukan seseorang adalah mengambil langkah pertama dalam mendapatkan bantuan, apa pun bentuk atau caranya," katanya dalam wawancara dengan People.
(end)