Sinopsis Sejauh Kumelangkah, Kisah Sepasang Sahabat Tunanetra

CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2020 05:03 WIB
Sejauh Kumelangkah menjadi sorotan setelah sutradaranya melayangkan somasi ke Kemendikbud, Telkom, dan TVRI. Berikut sinopsis Sejauh Kumelangkah.
Sejauh Kumelangkah menjadi sorotan setelah sutradaranya melayangkan somasi ke Kemendikbud, Telkom, dan TVRI. (Courtesy of Gambar Bergerak)
Jakarta, CNN Indonesia --

Film dokumenter Sejauh Kumelangkah menjadi sorotan setelah sutradaranya, Ucu Agustin, melayangkan somasi ke Kemendikbud, Telkom, dan TVRI. Berikut sinopsis Sejauh Kumelangkah yang mendapatkan nominasi Piala Citra 2019.

Sejauh Kumelangkah berkisah tentang Andrea dan Salsabila, dua remaja tunanetra yang tinggal di dua negara, Amerika Serikat dan Indonesia.

Keduanya buta sejak lahir. Mereka pertama kali bertemu di taman kanak-kanak yang sama untuk tunanetra.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada usia lima tahun, keluarga Andrea pindah dari Jakarta ke Virginia, di Amerika Serikat, untuk mengejar masa depan lebih baik bagi buah hati mereka yang buta. Sementara itu, Salsa menetap di Jakarta. 

Meski terpaut jarak yang sangat jauh, mereka tetap menjalin persahabatan. Film ini mengikuti mereka berdua saat mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa di dua dunia yang sangat berbeda.

Di Virginia, Andrea pergi ke sekolah yang melayani siswa tunanetra dan penyandang cacat. Ia sadar betul bahwa keluarganya sangat mendukung dan akan membantunya untuk mendapatkan segala akses.

Namun, Andrea melihat sisi gelap dari segala perhatian tersebut. Dia lantas menantang dirinya untuk hidup mandiri.

Selama liburan musim panas, dia mengikuti program residensi kreatif yang mendorong kaum muda tunanetra untuk mengembangkan keterampilan agar dapat hidup mandiri.

Di Jakarta, Salsa, yang berusia tujuh belas tahun, tinggal di asrama. Ia rela tinggal jauh dari orang tua agar masuk ke salah satu dari sedikit "sekolah inklusif" yang menerima siswa tunanetra untuk belajar bersama siswa non-disabilitas.

Impian Salsa adalah menjadi guru matematika untuk para tunanetra. Namun, dia harus menjalani kehidupan di rumah dan pendidikan dengan sistem dukungan terbatas untuk kebutuhannya.

Menjelang masa dewasa, kedua gadis ini mencari kekuatan dalam persahabatan masa kecil mereka untuk berbagi gagasan yang serupa mengenai masa depan, yaitu mencapai kemandirian sehingga dapat mempersiapkan diri untuk penghidupan lebih baik.

[Gambas:Video CNN]

Dalam film itu juga disinggung mengenai akses berbagai layanan publik, termasuk pendidikan untuk penyandang disabilitas, yang merupakan hak asasi manusia.

Film Sejauh Kumelangkah tayang perdana di DMZ International Documentary Film Festival 2019. Setelah itu, film ini baru tayang di Indonesia Film Forum New York 2019 dan Jogja NETPAC Asian Film Festival 2019.

Film ini meraih penghargaan Piala Citra pada 2019 dalam kategori film Dokumenter Pendek Terbaik, mengalahkan 50:50 karya Rofie Nur Fauzie, Diary of Cattle karya David Darmadi dan Lidia Afrilita, Minor karya Vena Besta Klaudina dan Takziyatun Nufus, serta Rumah Terakhir karya Thyke Syukur.

(agn/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER