Di era pemerintah presiden Soeharto, Dolo lebih banyak melihat seni dipandang sebagai dekorasi atau pelengkap ketika datang acara-acara tertentu saja.
Dolo juga melihat bahwa perbedaan cara pandang terhadap seni dari kedua Presiden itu juga turut dipengaruhi oleh karakter mereka masing-masing. Dalam pandangan Dolo, Sukarno merupakan tokoh bangsa yang dekat dengan dunia seni. Presiden pertama Indonesia ini juga memiliki rekam jejak relasi dengan seniman-seniman di Indonesia.
Selain berkawan baik dengan seniman di Indonesia, Sukarno juga mengagumi karya seniman luar negari. Salah satunya Matvey Manizer merupakan salah satu pematung komunis terkenal di Uni Soviet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas permintaan Sukarno, Manizer akhirnya membuat sebuah monumen untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ide tersebut kemudian dituangkan menjadi Monumen Pahlawan yang berada di Menteng, Jakarta Pusat.
Monumen yang lebih akrab disebut dengan patung Tugu Tani ini menampilkan sosok pejuang kemerdekaan Indonesia bersama ibunya yang mendukung di sisinya. Patung itu juga dibentuk dengan wajah yang kuat akan ekspresi penuh perjuangan.
"Gagasan itu datangnya dari Sukarno karena [waktu itu] Sukarno mencoba mengekspresikan bahwa petani itu adalah kekuatan dan dia didukung oleh perempuan, bersama bergerak untuk kesejahteraan bangsa," kata Dolo.
Dolo melanjutkan gagasan Sukarno tentang rakyat terutama petani juga muncul pada relief di Gedung Sarinah. Ia melihat sosok perempuan yang berdiri di patung Tugu Tani, mirip dengan figur perempuan pada relief di Sarinah. Namun, Dolo tetap mendorong pihak terkait untuk melakukan penelitian sejarah tentang pematung relief itu.
Dolo berahrap relief yang berada di Gedung Sarinah yang dibangun Sukarno sebagai penghargaan untuk peremuan dengan jasa besar dalam kehidupannya itu ditampilkan untuk umum.
"Direstorasi, dikembalikan ke tempatnya dan dibuka kembali aksesnya agar bisa dinikmati oleh umum, untuk masyarakat dengan penjelasan yang akurat mengapa disimpan di bawah, apa yang terjadi pada tahun 1984 [kebakaran Sarinah], dan siapa yang menyimpannya selama itu sehingga ada bawah, itu harus dijelaskan," kata Dolo kepada CNNIndonesia.com.
Dolorosa juga mendorong agar Balai Cagar Budaya untuk mencari pematung relief tersebut sehingga publik mendapatkan informasi yang lengkap tentang temuan relief tersebut.
(nly/bac)