Nicholas Saputra, Cak Lontong, beserta sederet seniman Indonesia lainnya terima vaksin Covid-19 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada Senin (19/4).
Proses vaksinasi tersebut dihadiri langsung Presiden Joko Widodo, didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, serta Gubernur DKI Anies Baswedan.
"Cak Lontong, Bimbim Slank, Widi Mulia Sunarya, Ayu Utami, Hanafi, Nicholas Saputra, dan lain-lain, hari ini menjalani vaksinasi Covid-19 bersama ratusan seniman dan budayawan se-Jabotabek," cuit Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semoga selekasnya mereka bisa beraktivitas seperti biasa dan terlindungi dari Covid-19."
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengapresiasi pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 500 orang pekerja seni tersebut. Ia menyebut pelaksanaan vaksinasi itu berjalan lancar. Dia berharap langkah serupa bisa dilakukan banyak daerah guna mengakhiri pandemi.
Sebelumnya, tepatnya pada Sabtu (17/4), Sejumlah artis, seniman, dan pekerja kreatif Indonesia mengikuti vaksinasi Covid-19 di Graha Persahabatan Pondok Indah, Jakarta. Vaksinasi dilakukan dengan mekanisme drive thru sehingga mereka tidak perlu turun dari mobil.
Syahbudin Syukur alias Budi Doremi menjadi salah satu pekerja kreatif yang datang di awal. Pelantun lagu "Melukis Senja" itu menyetir sendiri mobilnya sampai ke tempat penyuntikan.
"Makin cepat divaksinasi makin cepat off air. Semua semua juga aman. Tadi udah screening, mudah-mudahan aman," kata Budi.
Musisi berusia 36 tahun ini mengaku sedikit pegal pada bagian yang disuntik vaksin. Menurutnya apa yang ia rasakan serupa dengan yang dialami oleh vokalis band Noah, Nazril Irham alias Ariel, yang sudah disuntik lebih awal pada Februari lalu.
Berbeda dengan Budi, vokalis band Gigi, Armand Maulana, tidak merasakan apapun setelah divaksinasi. Menurutnya penyuntikan vaksin sama saja dengan suntik seperti biasa.
"Ya ini makasih banget, pemerintah mempercepat kita sebagai penampil, termasuk ada film juga. Musik paling pusing, karena paling terakhir. Kenapa paling terakhir? Karena kita mengumpulkan massa, sedangkan penyakit (corona) ini tidak boleh kumpulkan massa," kata Armand.
(chri/bac/fjr)