Sejumlah negara tercatat memiliki tradisi menembakkan meriam sebagai tanda waktu berbuka puasa, seperti di Mesir atau di Lebanon.
Tradisi yang dikenal sebagai midfa al iftar ini disebut telah dimulai di Mesir sejak lebih dari 200 tahun lalu, ketika kawasan itu dipimpin oleh Khosh Qadam dari Kesultanan Ottoman.
Kisahnya, ketika mencoba meriam baru kala matahari terbenam, Qadam tak sengaja menembakkannya dan suaranya bergema di seluruh Kairo. Hal itu membuat warga mengira bahwa ini adalah cara baru menandai buka puasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Culture Trip menyebut, putri Qadam, Haja Fatma, yang kemudian meminta ayahnya untuk membuat kecelakaan itu sebagai sebuah tradisi.
Hal itu pun terus berlanjut hingga kini bahkan menyebar ke banyak negara Timur Tengah, termasuk Lebanon. Di sepanjang sejarahnya, tradisi tersebut sempat dikhawatirkan hilang ketika sejumlah meriam disita pada 1983.
Tentara Lebanon kemudian menghidupkan kembali tradisi tersebut hingga saat ini dan terus diturunkan dari generasi ke generasi.
![]() |
Jelang buka puasa, masyarakat Makkah juga memiliki tradisi unik yakni bersama-sama membawa lentera untuk memberikan penerangan di setiap sudut kota.
Perkembangan zaman dan aliran listrik tak memadamkan tradisi tersebut. Hal itu masih dilakukan dari berbagai kalangan, terutama anak-anak.
Bukan hanya di Makkah, tradisi menyalakan lentera ini juga disebut The National News menyebar di sejumlah lokasi lain di kawasan Timur Tengah kala Ramadan, salah satunya di Mesir.
Bahkan sejumlah pihak menyebut Mesir adalah tempat kelahiran tradisi ini. Disebutkan, semua diduga bermula pada abad ke-10 kala Kekhalifahan Fathimiyah menguasai pesisir Afrika Utara.
Salah satu kisah soal tradisi ini disebutkan bermula dari suatu malam pada Ramadan 969 Masehi. Kala itu Khalifah Abu Tamim Ma'add al-Muizz li-Din Allah tiba di Kairo saat malam dan penduduk kota menyambutnya dengan lentera.
![]() |
Meski bukan terletak di kawasan Timur Tengah, Albania juga memiliki tradisi mirip masyarakat Timteng karena pernah dikuasai oleh Kesultanan Ottoman.
Selama berabad-abad, anggota komunitas muslim Roma menandakan sahur dan jelang buka puasa dengan lagu-lagu tradisional yang berasal dari era kependudukan Kesultanan Ottoman.
Setiap hari selama bulan Ramadan, mereka akan berbaris di jalan-jalan memainkan lodra yang merupakan drum dengan lapisan kulit domba atau kambing.
Keluarga Muslim kerap mengundang komunitas-komunitas tersebut untuk memainkan lagu-lagu balada tradisional di rumah mereka jelang buka puasa.
(chri/end)