RONA BUDAYA

Bedug Takbiran dan Jejak Tradisi Buddha hingga Tionghoa

CNN Indonesia
Rabu, 12 Mei 2021 11:41 WIB
Tradisi bedug lebaran rupanya bermula dari tradisi penggunaan bedug umat Buddha di sejumlah negara di Asia, kemudian terakulturasi umat Muslim di Indonesia.
Tradisi pukul bedug jelang lebaran (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Sejak kendaraan bak terbuka masuk ke Indonesia, perayaan lebaran dengan tabuhan bedug tidak hanya dilakukan di sekitar masjid. Tradisi itu akhirnya dibawa ke jalanan atau yang dikenal dengan istilah takbir keliling. 

Dalam momen ini, sejumlah warga, baik tua, muda, dan anak-anak tumpah ruah meramaikan pawai takbir keliling mulai dari gang-gang di kampung hingga jalanan kota.

Bagi Heddy pawai keliling bukan sekadar sarana alat untuk menyampaikan pesan syukur kepada Tuhan karena masih diberikan kesempatan untuk merayakan Idulfitri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga memandang tradisi masyarakat menggelar takbir keliling dengan menggunakan kendaraan bak terbuka sambil menabuh bedug bagian dari piknik atau rekreasi.

"Buat anak-anak yang di kampung kan mereka tidak setiap hari bisa punya kesempatan keliling tidak ada alasan untuk itu, kalau takbiran kan ada alasan, jadi ini jadi sarana untuk menampilkan kegembiraan mereka," ujar Heddy.

Sejak ada pandemi Covid-19, masyarakat dilarang untuk menggelar takbir keliling menggunakan kendaraan bak terbuka sambil menabuh bedug. Kini warga beralih menggunakan alunan rekaman bedug lebaran lewat pemutar musik. Bagi Heddy hal itu membawa dua dampak positif.

Seorang anak memainkan beduk ketika mengikuti malam takbir di Tanah Abang, Jakarta, Sabtu 24 Juni 2017. Kegiatan malam takbiran tersebut untuk menyambut Idul Fitri 1438 H yang jatuh pada Minggu, 26 Juni 2017. CNNIndonesia / Adhi Wicaksono.Bedug jadi variabel wajib dalam tradisi takbiran keliling di Indonesia (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

"Ya tidak masalah ada rekaman orang menabuh bedug, untuk sebagian orang itu tidak mengurangi keramaian dan mereka nggak capek juga, jadi memang adanya teknologi itu dimanfaatkan," ujarnya.

Lebih lanjut ia melihat hal itu justru membuktikan bahwa keinginan umat Islam untuk merayakan momen lebaran akan terus ada apapun kondisinya.

Jika dulu mereka bisa melakukannya dengan ikut dalam pawai keliling dengan menabuh bedug sungguhan, kini mereka bisa melakukannya dengan rekaman di kaset.

Hal ini juga membawa dampak baik bagi masjid yang tidak memiliki bedug karena mereka bisa tetap mengumandangkan bedug lewat pemutar lagu.

"Bahkan kalau seperti itu [memutar lagu] semua masjid bisa melakukan karena nggak semua masjid punya bedug lho, dengan rekaman itu bisa menguntungkan petugas masjid yang gak punya bedug, karena mic pasti ada kalau bedug belum tentu punya," ujarnya.

Jadi bisa dipastikan bahwa tahun ini, sejumlah alunan bedug lebaran masih akan berkumandang. Kendati telah mengalami perubahan dari yang dulu dilaksanakan langsung dengan menabuh bedug kini diganti oleh pengeras suara. 

Namun hal itu nyatanya tidak akan mengurangi semarak suka cita umat Islam dalam menutup Ramadhan dan menyambut awal bulan Syawal.

(nly/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER