Jakarta, CNN Indonesia --
Mantan penyanyi cilik Maissy Pramaisshela Arinda berbagi cerita mengenai pengalamannya menjadi seorang dokter umum di rumah sakit rujukan Covid-19. Maissy bahkan harus menangani pasien-pasien tersebut saat masih mengandung putra ketiga.
Nama Maissy pernah bersinar sebagai penyanyi cilik. Lagunya yang cukup terkenal di era 1990-a adalah Ci Luk Ba. Ia bahkan menjadi pembawa acara program tayangan untuk anak-anak di SCTV pada era tersebut.
Selepas menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 2014 silam, Maissy pun mengabdikan dirinya di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan. Di situ, Maissy bertugas di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang membuatnya harus berhadapan dengan pasien dengan berbagai kondisi, termasuk pasien Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Covid-19 masuk ke Indonesia pada Maret tahun lalu, Maissy mengaku sedang mengandung anak ketiga.
"Pas diumumkan secara resmi Covid masuk Indonesia sama Presiden (Joko Widodo) itu aku masih bertugas di IGD, masih pakai baju hazmat dengan kondisi hamil 7-8 bulan. Tapi kemudian karena risiko tinggi akhirnya manajemen rumah sakit dan jajaran memutuskan bahwa dokter-dokter atau tenaga kesehatan yang berisiko tinggi misalnya sedang hamil untuk ditempatkan di tempat yang lebih 'aman' istilahnya," ujar Maissy kepada CNNIndonesia.com pada Rabu (16/6).
Maissy yang sedang hamil besar pun akhirnya dipindahkan ke bagian rawat inap bersama beberapa rekan tenaga medis lain yang juga sedang mengandung sesuai keputusan dari pihak rumah sakit tempatnya bekerja.
Mereka menilai kondisi IGD yang kala itu ramai oleh pasien Covid-19 dapat membahayakan keselamatan para tenaga medis yang sedang mengandung.
"Kalau di rawat inap kan ada tempat dokternya tersendiri kemudian pasien sudah di dalam ruangan-ruangan yang sudah ada isolasinya gitu, akhirnya dokter-dokter yang hamil itu dipindahkan ke rawat inap nah semenjak itu sampai akhirnya anakku sudah mau setahun aku di rawat inap gitu," ujarnya.
Meski sudah tidak bertugas di IGD ketika itu, Maissy masih ingat kondisi IGD yang hampir setiap hari menerima pasien Covid-19. Ibu tiga anak ini bahkan telah menghadapi pasien dengan gejala Covid-19 jauh sebelum kasus pertama diumumkan Presiden Jokowi pada Maret tahun lalu.
Pasien yang datang rata-rata menunjukkan gejala happy hypoxia atau penurunan kadar oksigen di dalam darah. Maissy mengatakan bahwa pasien yang ia tangani mengaku tidak merasakan gejala apapun, seperti sesak nafas, tetapi ketika diperiksa kadar oksigen di dalam tubuh sangat rendah.
"Kami melihat [gejala Covid-19] sekitar bulan Januari-Februari sampai kami semua bingung karena biasanya pasiennya kalau sudah saturasi 70 itu sudah megap-megap seperti orang tenggelam.
"Nah, ini saturasi 70 biasa saja kan kondisi seperti itu pada waktu itu aneh karena tidak sesuai dengan biasanya. Cuma waktu itu kan memang belum belum ada PCR. Belum resmi lah," ujarnya.
Cerita Maissy bertugas sebagai dokter di awal-awal pandemi berlanjut di halaman 2...
Rupanya hal yang dikhawatirkan Maissy dan rekan-rekan sejawatnya terjadi setelah akhirnya Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa Covid-19 telah masuk Indonesia. Hal itu diperparah dengan hasil tes beberapa pasien sebelumnya yang menunjukkan positif Covid-19.
Tak sampai di situ, Maissy dan rekan-rekan sesama dokter juga semakin khawatir karena mereka tidak menggunakan APD yang memadai saat merawat pasien tersebut.
"Jadi waktu itu kami masih menghadapi pasien-pasien itu dengan masih masker biasa belum pakaian N95 karena terbatas kan. Belum pakai baju hazmat, belum pakai kacamata. Jadi ketika melakukan intubasi atau memasukkan selang napas itu kan berisiko ya karena kami berhadapan dengan pasien persis di wajah mereka, jadi harusnya pakai pakaian lengkap tapi itu belum ada," ujarnya.
Maissy mengatakan bahwa kala itu para dokter dan tenaga medis yang bertugas harus bergantian dalam menggunakan masker.
"Satu shift misalnya kami jaga ada tiga dokter, nanti hanya satu yang kedapatan masker, biasanya itu yang memegang pasien suspect covid," ujarnya.
Meskipun sudah menggunakan masker, Maissy tetap cemas karena kemungkinan untuk terpapar virus Covid-19 sangat besar. Terlebih penyakit ini masih tergolong baru dan belum ada fasilitas yang memadai untuk memilah pasien-pasien yang dirawat ketika awal-awal pandemi di Indonesia.
"Jadi deg-degannya seperti itu karena memang 'alat perangnya' belum memadai. Nah itu kondisi yang dahulu seperti itu. Cuma memang kelebihannya saat itu masyarakat masih sigap, maksudnya masih patuh."
"Mungkin karena masih baru ya sehingga pada patuh disuruh pakai masker oke, lockdown ya nggak keluar, nggak ke mall, karena masih awal-awal jadi saat itu kita melawan virus itu sendiri," ujar Maissy.
Sebagai seorang ibu yang memiliki tiga anak terlebih salah satunya masih berusia satu tahun, Maissy sangat rajin menjalankan protokol kesehatan di rumahnya. Ia bahkan mengaku sangat ketat dalam menjaga kesehatan dan keselamatan orang-orang di rumah dari bahaya virus Corona.
"Berdoa, sama berserah, kalau usaha yah sudah dilakukan, prokes tetap jalan, jadi ya kalau aku pulang kerja, sebelum pulang itu aku di rumah sakit sudah mandi, nah sampai rumah sebelum masuk rumah di ruang tamu aku mandi dulu baru aku masuk ketemu anak-anak," ujarnya.
Selain itu, Maissy dan semua orang dalam keluarganya juga menjalani suntik vaksin. Ia bahkan berencana untuk mendaftarkan karyawan yang bekerja di rumahnya untuk ikut divaksin. Kemudian, ia juga rutin menyediakan vitamin untuk dikonsumsi oleh semua anggota keluarga.
Selanjutnya, Maissy juga mengurangi aktivitas di luar rumah setelah melihat lonjakan angka kasus Covid-19 yang naik dalam beberapa minggu terakhir.
"Terus sekarang aku perketat lagi bener-bener nggak ada jalan-jalan, nggak keluar rumah, kemudian mau diet juga nggak jadi-jadi ya udahlah makan sehat dulu terus berusaha untuk tetap happy ya karena stres kan juga salah satu pemicu menurunnya daya tahan tubuh," ujarnya.
Selain itu, Maissy yang berusaha agar memiliki jam tidur yang cukup. Namun hal itu masih sulit dilakukan mengingat pekerjaannya sebagai dokter di rumah sakit.
Berbagai cara telah Maissy lakukan agar terhindar dari Covid-19 mengingat dirinya bekerja di lingkungan dengan risiko penularan yang sangat tinggi.
Terlebih saat ini beberapa rekan sejawatnya sudah ada yang terinfeksi. Sehingga tidak menutup kemungkinan jika suatu hari ia juga terpapar virus ini.
"Tapi kalaupun memang waktunya aku kena [Covid-19] aku berharap semoga dengan hal-hal yang aku lakukan tersebut mulai dari vaksin, menjaga diri dan lain-lain, minum vitamin. Setidaknya tak parah karena tanggung jawabku masih banyak, anak-anak aku, dan teman-teman juga nanti bagaimana tenaga kesehatannya jadi berkurang," pungkasnya.