"Padahal kalau bicara soal edukasi seks itu lebih komprehensif, bukan cuma tentang jangan berhubungan [seks] sebelum menikah tetapi juga dari sisi psikologi, sehingga remaja bisa bijak dalam mengambil keputusan," kata Faris.
"Kalau yang saya lihat pendidikan seks [di Indonesia] baru dari sisi knowledge-nya saja, tapi kalau membentuk perilakunya, membentuk si anak ini mengambil keputusan yang tepat belum sampai sana," lanjutnya.
Sebagai pihak yang gencar mendorong pentingnya edukasi seks di kalangan remaja, Hasto melihat penolakan film ataupun produk sinema lainnya terkait edukasi seks terbilang sangat aneh dan konyol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, konten pornografi kini semakin mudah diakses oleh remaja lewat gawai. Terlebih anak-anak muda sudah memiliki perangkat ponsel masing-masing sehingga mereka bisa leluasa untuk menonton film dewasa.
Hasto menganggap bahwa film atau serial bertema pendidikan seks bagaikan pisau bermata dua. Untuk itu pihaknya kini berupaya memperbanyak program terkait pendidikan seksual kepada remaja dan anak-anak.
Hal ini bertujuan untuk mengimbangi maraknya film ataupun serial bermuatan edukasi seks.
"Jadi pendidikan kesehatan reproduksi itu adalah upaya untuk menandingi supaya pemahaman soal seksualitas itu tidak disalahgunakan, tidak disalahartikan, yang bisa berujung pada pelanggaran seksual: seks bebas," ujarnya.
Demikian juga Faris. Ia sangat mendukung para sineas untuk terus menyajikan karya dengan muatan edukasi seksual yang bisa membantu orang tua mengkomunikasikan terkait seksualitas kepada anak.
Dengan hal tersebut, Fariz pun berharap kasus pelecehan seksual dan pernikahan usia muda di Indonesia bisa berkurang karena ada komunikasi yang baik di rumah.
"Jadi edukasi seks itu bukan hanya peran dari anaknya yang mesti tahu, tapi peran dari keluarga juga," kata Fariz.
Selain itu, Hasto berharap bahwa sineas Indonesia akan lebih banyak mengangkat isu kesehatan organ reproduksi seperti kanker mulut rahim. Ia memandang isu ini penting diangkat karena penyakit tersebut menjadi pembunuh nomor dua di Indonesia setelah kanker payudara.
Terlepas dari pro-kontra soal film bertema edukasi seks, baik Hasto maupun Faris mengapresiasi niat baik para sineas yang telah berani mengangkat tema edukasi seksual yang belum banyak dibicarakan di layar lebar.
"Jadi film itu bisa mengangkat perjalanan orang yang sehat lalu menderita kanker mulut rahim, itu kan menarik, lalu di sela-sela drama perjalanan hidupnya itu dikasih spot-spot tentang hal yang ilmiah tapi populer." kata Hasto.
(nly/end)