Jakarta, CNN Indonesia --
Film horor identik dengan beragam aksi dan adegan menakutkan, mulai dari kemunculan setan, monster, hingga manusia jahat. Namun sejatinya, salah satu yang membuat penonton takut akan film horor adalah penggunaan warna dalam film itu.
Penggunaan warna begitu penting dalam pembuatan film. Secara teori, masing-masing warna memiliki pengaruh pada mood penonton. Hal ini yang dikenal sebagai psikologi warna.
Misalnya merah yang melambangkan perasaan yang kuat, agresi, kebahagiaan, cinta, juga hasrat. Kemudian ada pula hijau yang melambangkan alam, penyembuhan, ketenangan, namun di sisi lain juga melambangkan iri, serakah, hingga kemewahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara bagi kebanyakan film horor dan dipahami banyak penonton pada umumnya, gelap dan hitam adalah warna yang identik dengan horor.
Menurut LA Film School, warna hitam memiliki banyak makna, baik positif maupun negatif. Misalnya, kedukaan, misteri dan kejahatan, namun juga sebagai kesederhanaan, tradisi, kemutakhiran, hingga keagamaan.
Namun horor bukan hanya soal setan dan kejahatan. Sejumlah warna lain juga digunakan untuk mendukung cerita horor di luar urusan supranatural.
Misalnya merah yang juga menampilkan emosi dan marabahaya, kuning yang mewakili kegilaan juga obsesi, hijau yang juga berarti bahaya, hingga biru yang menggambarkan isolasi dan kesepian atau kesedihan.
Permainan psikologi warna inilah yang menjadi kunci sebuah film horor akan mampu menghasilkan efek kengerian bagi penontonnya, di luar urusan cerita atau setan dan gelap-gelapan.
Ambil contoh film Suspiria (1977). Film garapan Dario Argento dengan rating 93 persen di Rotten Tomatoes ini selain dari ceritanya yang membuat penonton begitu deg-degan, tetapi juga warna yang digunakan mendukung cerita tersebut: merah dan hitam yang intens.
 Film Suspiria (1977). Film garapan Dario Argento dengan rating 93 persen di Rotten Tomatoes ini selain dari ceritanya yang membuat penonton begitu deg-degan, tetapi juga warna yang digunakan mendukung cerita. (dok. Seda Spettacoli via IMDb) |
Menurut Bloody Disgusting, Argento terinspirasi dari kisah Putri Salju yang dikelilingi dengan kejahatan. Hal itu kemudian digambarkan Argento dalam Suspiria, menggunakan warna yang mencolok untuk melambangkan kejahatan. Dengan kata lain, warna merah dalam film ini bak Ibu Snow White yang tak terlihat.
Merah yang melambangkan emosi yang intens juga digunakan Stanley Kubrick dalam film horor psikologis The Shining (1980).
Lanjut ke sebelah...
Film dengan rating 84 persen bagi kritikus dan 93 persen bagi penonton di Rotten Tomatoes ini juga memanfaatkan warna merah meski tak segamblang Suspiria.
Kubrick memanfaatkan pengaruh psikologi dari merah dalam ornamen-ornamen Overlook Hotel dalam film tersebut, mulai dari karpet berpola, pintu elevator, dinding kamar mandi, termasuk guyuran darah di mana-mana dalam film tersebut.
Namun Kubrick kembali memainkan psikologi warna. Hal ini diwakili dengan keberadaan Kamar 237 yang memiliki kamar mandi hijau-mint. Hal yang berbeda dari kebanyakan membuat penonton merasa ada keganjilan yang akhirnya merangsang suasana horor itu sendiri.
[Gambas:Youtube]
Hal menarik terjadi dalam film Midsommar (2019). Film horor yang membuat banyak penontonnya merasa amat terganggu ini adalah contoh jelas bahwasanya film horor tak mesti gelap dan muncul setan.
Bagaimana Midsommar membuat penontonnya begitu ketakutan padahal warna filmnya begitu cerah dan "menyenangkan"? Banyak pendapat mungkin akan menjawab karena ritual, atau kekerasan dan adegan membuat mual di dalamnya.
Jawaban itu memang benar adanya. Namun penelitian dari perusahaan big data perfilman Vionlabs menunjukkan penggunaan psikologi warna adalah setan yang tersembunyi di sepanjang film ini.
Vionlabs mengalisis, sorotan kamera dalam Midsommar menggunakan warna yang overexposed dengan cahaya matahari terus-menerus muncul dari sela-sela objek. Hal ini membuat penonton tak bisa melihat jelas, belum lagi permainan lensa yang membuat gambar buram.
Hal itu membuat penonton dilanda penasaran, tegang, hingga ketakutan menanti nasib yang akan mereka lihat dalam film tersebut.
Midsommar juga memanfaatkan dengan baik psikologi warna lainnya, seperti kuning dan biru. Dua warna ini menggambarkan tua dan muda, yang terkoneksi dengan ritual yang ada dalam film, serta perasaan terisolasi yang dirasakan sejumlah karakter.
Namun gong sebenarnya dari penggunaan warna terang dalam Midsommar ini adalah sebagai latar penegas kekerasan yang ada dalam film tersebut. Segala darah hingga beragam hal menjijikkan lainnya akan terasa begitu jelas dalam gambar berwarna cerah.
[Gambas:Youtube]
"Skema warna cerah memastikan bahwa tidak ada yang disembunyikan saat melihat kekerasan orang Hårga, menghasilkan pengalaman visual yang benar-benar mengena," tulis Vionlabs yang menyebut sensasi tidak nyaman akan langsung menghujam penonton akibat penggunaan teknik ini.
"Dengan ini, Ari Aster menunjukkan kepada kita bahwa horor tidak harus terjadi di ruang tersembunyi, diselimuti kegelapan. Terkadang tindakan yang paling mengerikan dapat dilakukan tepat di depan mata Anda." tulis Vionlabs.