Jakarta, CNN Indonesia --
Menelusuri 12 lagu dalam album 30 dari Adele seolah menyusuri jalanan kota saat larut malam yang sepi, ditemani sesekali kendaraan yang lewat dan lampu jalan yang meledek kesendirian juga kesepian mereka yang melewatinya.
Atau, album ini membuat mereka yang mendengar mengenang kembali berbagai kesalahan baik dalam hidup ataupun hubungan cinta yang pernah dilalui, dalam perjalanan di kendaraan atau di bar favorit.
Selusin lagu di album ini membuat hidup usia 30-an yang dulu dibayangkan bakal bahagia semasa 'muda' terasa begitu getir karena berbagai permasalahan dan realitas yang tak semanis angan-angan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Album 30 yang dirilis Adele setelah enam tahun ini adalah karya paling retrospektif, personal, emosional, namun sekaligus memberikan semangat yang rasional atas berbagai momen naik-turun dalam kehidupan.
Hal ini jelas berbeda dengan dua album sebelumnya, 21 dan 25, yang mengantarkan Adele meraih Album of the Year pada Grammy Awards. Dua album itu masih berkutat akan hubungan cinta yang putus-nyambung, bucinalias 'budak cinta', dan kekonyolan cinta di masa muda.
Adele juga jauh lebih dewasa dalam 30, baik secara konten lirik, melodi, hingga konsep secara keseluruhan.
Ambil contoh My Little Love. Lagu untuk sang anak, Angelo, ini terasa seperti melihat fail pribadi berisi percakapan Adele dengan sang anak soal kekhawatiran penyanyi itu kala diterpa banyak masalah hingga merasa bersalah kepada anaknya.
"I'm so far gone and you're the only one who can save mе"
"I wanted you to have everything I never had/I'm so sorry if what I've done makes you feel sad"
Belum lagi outro berisi suara Adele yang berisi segala kecemasan, kesedihan, serta kesepian yang ia rasakan. Dalam hal ini, Adele bisa saja terinspirasi dari album favoritnya, Lemonade karya Beyonce, yang juga berisi rekaman suara hingga terasa personal.
lanjut ke sebelah...
[Gambas:Youtube]
Atau seperti pada I Drink Wine. Adele seolah bercerita kepada dirinya sendiri soal berbagai pembelajaran hidup yang ia alami dan bagaimana ia menerima hikmah di balik itu semua. Rasanya mereka yang berusia atau pernah di usia 30-an merasakan hal ini.
"When I was a child, every single thing could blow my mind/ Soaking it all up for fun, but now I only soak up wine"
"They say to play hard, you work hard, find balance in the sacrifice/ And yet I don't know anybody who's truly satisfied"
"So I hope I learn to get over myself/ Stop tryin' to be somebody else/ So we can love each other for free/ Everybody wants somethin', you just want me"
Secara melodi, banyak lagu dalam album 30 terasa lebih dewasa. Dalam arti, album ini banyak mengadopsi suasana lagu lawas yang jazzy dan kental akan musik soul. Seperti pada Cry Your Heart Out, All Night Parking, Woman Like Me, To Be Loved, atau pada lagu penutup Love Is A Game.
[Gambas:Youtube]
Namun Adele juga masih menyisakan ruang bagi musik pop, seperti pada Can I Get It yang ia garap bersama 'hit maker' Max Martin dan Shellback, atau pada Easy On Me yang masih terasa 'jejak' era 21 dan 25.
Perubahan Adele dalam 30 yang menjadi lebih dewasa dan matang ini sepertinya memang dimaksudkan untuk pengengar 'seusianya', 33 tahunan.
"Jika semua orang membuat musik untuk TikTok, siapa yang bikin musik untuk generasi saya? Siapa yang membuat musik untuk rekan-rekan saya? Saya akan melakukan itu, dengan senang hati," kata Adele dalam perbincangannya dengan Zane Lowe untuk Apple Music.
"Saya lebih suka melayani orang-orang yang berada di level saya dalam hal jumlah waktu yang telah kita habiskan di Bumi dan semua hal yang telah kita lalui," katanya.
Sehingga wajar bila musik dalam album 30 ini mungkin tak akan seliweran di banyak tempat atau platform media sosial yang ramai dihuni generasi berusia belasan dan dua puluhan.
Meski begitu, ini adalah Adele. Musiknya akan menarik pendengarnya sendiri. Bukan tidak mungkin pula 30 akan lebih berkesan dibanding album-album Adele sebelumnya, terutama bagi mereka yang sudah mengalami realitas asam-manis usia 30-an.