Jakarta, CNN Indonesia --
Sebagai salah satu karakter superhero terkenal Marvel, Spider-Man memiliki cerita dan riwayat yang begitu panjang dan lebar.
Premis yang ditawarkan dari kisah Spider-Man sebenarnya memiliki dasar yang sama: seorang pemuda yang mendadak punya kekuatan super usai digigit laba-laba radiasi.
Meski begitu, Spider-Man adalah karakter yang diperebutkan dua studio besar Hollywood dan memiliki semesta cerita yang begitu besar nan rumit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut riwayat perjalanan karakter Spider-Man:
1. Konsep dan Komik
Semua bermula pada 1962. Kesuksesan Fantastic Four membuat kepala editor Marvel saat itu, Stan Lee, ingin membuat sebuah karakter superhero yang baru.
Stan Lee menginginkan superhero yang baru ini menangani masalah yang lebih riil dan akrab dalam kehidupan sehari-hari. Keinginan itu kemudian didorong oleh inspirasi yang datang kepada Lee kala ia melihat seekor laba-laba memanjat dinding.
Bahkan lebih jauh, Lee kemudian merancang superhero ini sebagai seorang remaja. Hal ini didasari atas sosok superhero remaja tak banyak tersedia kala itu. Padahal, pasar remaja pencinta komik amatlah besar.
Dengan sejumlah inspirasi acak tersebut, Lee kemudian mengonsep karakter superhero yang merupakan seorang remaja, digigit seekor laba-laba radioaktif, dan kemudian memiliki kekuatan super untuk melawan kejahatan di sekitar lingkungannya.
 Stan Lee, kreator Spider-Man. (AFP/VALERIE MACON) |
Stan Lee kemudian menamakan karakter tersebut sebagai Super-Man, meski sebagian besar karakter jagoan remaja kala itu menggunakan nama "boy". Hal ini disebut Lee karena ingin karakter ini berkembang dan menua dalam komiknya.
Selain itu, Lee ingin karakter ini dianggap serius, dan tidak dipandang sebelah mata dibandingkan superhero dewasa lainnya. Konsep itu sebenarnya sempat dianggap "ide paling buruk" oleh publisis Marvel kala itu, Martin Goodman.
Spider-Man tercatat pertama kali muncul dalam komik Amazing Fantasy edisi 15 yang terbit pada Agustus 1962. Lee menyebut dirinya diizinkan oleh Goodman karena serial itu akan dihentikan usai edisi 15 terbit.
Meski begitu, respons terhadap karakter itu rupanya cukup bagus sehingga diterbitkan dalam bentuk komik solo. Hasilnya, penjualan komik The Amazing Spider-Man #1 (1963) meroket karena permintaan superhero remaja yang tinggi dan akhirnya mengangkat nama Marvel.
2. Gambar Bergerak Pertama
Kisah Spider-Man pertama kali diangkat ke gambar bergerak melalui serial animasi bertajuk Spider-Man pada 1967 hingga 1970 dan tayang di ABC. Serial ini pula yang mengenalkan lagu ikonis "Spider-Man, Spider-Man, does whatever a spider can..."
Serial tersebut menuai kesuksesan dan serial animasi lainnya, Spidey Super Stories dibuat pada 1974 hingga 1977.
Spider-Man pertama kali diperankan oleh manusia melalui serial live action bertajuk The Amazing Spider-Man yang tayang di CBS pada 1978 hingga 1979. Aktor pertama yang berperan sebagai Peter Parker adalah Nicholas Hammond.
Meski The Amazing Spider-Man menuai kesuksesan, serial televisi ini tak dilanjutkan setelah tayang 13 episode.
[Gambas:Youtube]
3. Pembelian oleh Sony
Setelah terkenal dalam bentuk komik juga serial televisi, pada 1998, Sony Pictures Entertainment membeli hak film untuk karakter tersebut. Sebelum jatuh ke tangan Sony, lisensi untuk Spider-Man sempat dibeli oleh beberapa pihak dari Marvel.
Petinggi Sony saat itu, Yair Landau, bertemu dengan Marvel untuk membahas lisensi Spider-Man. Petinggi Marvel, Ike Perlmutter, memberikan penawaran yang mengejutkan. Ia menawarkan Sony untuk membeli semua karakter Marvel seharga US$15 juta.
Landau kembali ke Sony untuk membahas penawaran itu dengan atasannya. Alih-alih menerima, atasan Landau menolak tawaran itu dan hanya membeli lisensi Spider-Man.
Pada 1999, Sony resmi membeli lisensi Spider-Man seharga US$10 juta ditambah lima persen dari pendapatan kotor setiap film. Selain itu, Sony dan anak perusahaannya, Columbia Pictures berhak, atas distribusi seluruh film Spider-Man.
"Tidak ada yang peduli dengan karakter Marvel yang lain. (saya) Kembali (ke Marvel) dan melakukan kesepakatan hanya untuk Spider-Man," kata Lando mengingat masa lalu.
Marvel yang saat itu sedang goyah menganggap penjualan lisensi karakter Spider-Man sebagai kemenangan. Namun tidak dengan petinggi Marvel lain, Avi Arad, ia menganggap penjualan lisensi adalah hal yang menyedihkan.
lanjut ke sebelah...
4. Masuk Layar Lebar
Dengan lisensi yang sudah di tangan, Sony melalui anak perusahaannya, Columbia Pictures, menggarap film Spider-Man untuk pertama kali pada 2002 dengan Tobey Maguire berperan sebagai Peter Parker dan diarahkan oleh Sam Raimi.
Sejatinya, pengembangan film Spider-Man telah dilakukan sejak dekade '80-an. Sebelum Sony, sejumlah studio telah terlibat dalam pengembangan konsep film. Mereka adalah Metro-Goldwyn-Mayer, Cannon Films, Carolco, dan New Cannon.
Sejumlah sineas pun sebenarnya sudah diajak untuk menggarap film Spider-Man, seperti Tobe Hopper, James Cameron, dan Joseph Tito. Namun perbincangan itu tidak pernah benar-benar terwujud.
Namun ketika lisensi akhirnya dibeli oleh Sony dan Columbia pada 1998, konsep-konsep yang sudah digarap sebelumnya dikumpulkan dan diterapkan dalam film garapan Sam Raimi. Seperti penembak jaring alami dari tangan, perubahan Peter dalam semalam, dan sejumlah detail terkait kematian Paman Ben.
[Gambas:Youtube]
Konsep itu rupanya menjadi ikonis dan mendorong Spider-Man (2002) menuai kesuksesan. Film berbujet US$139 juta itu mendapatkan pendapatan hingga US$821,7 juta, dan sejumlah karakter juga menjadi ikon, termasuk Tobey Maguire sebagai Peter Parker, Kristen Dunst sebagai MJ, dan Willem Dafoe sebagai Green Goblin.
Kesuksesan itu terus dicoba diulang oleh Sony Pictures yang kemudian menghasilkan trilogi awal film Spider-Man hingga 2007.
Sebenarnya, Sony ingin kembali membuat Spider-Man 4. Namun rencana itu dibatalkan dan mereka memilih membuat ulang kisah Spider-Man dengan pemain dan sutradara yang baru. Dari rencana itu, lahirlah The Amazing Spider-Man (2012 dan 2014).
The Amazing Spider-Man saga yang diarahkan oleh Marc Webb sejatinya berkonsep trilogi dengan sejumlah spin-off dan berpusat pada Venom juga Sinister Six. Namun konflik antara studio dengan Andrew Garfield serta pembajakan di Sony Pictures membuat segala rencana itu dibatalkan.
5. Marvel Diakuisisi Disney
Ketika Sony Pictures tengah sibuk sendiri dengan Spider-Man, Disney memutuskan mengakuisisi Marvel Entertainment yang sebagian lisensi karakternya sudah dijual ke berbagai studio demi bisa bertahan hidup.
Pada 2009, Disney sah mengakuisisi Marvel Entertainment dengan nilai US$4 miliar. Pada pembelian ini, Disney berhak atas lisensi lebih dari 5.000 karakter yang diciptakan Marvel.
Modal US$4 miliar yang dikeluarkan Disney pada 2009 jelas sudah kembali bila melihat pendapatan total dari MCU yang kini sudah menyentuh US$22,5 miliar secara global.
Di sisi lain, pembelian oleh Disney itu memungkinkan Marvel Studios lebih leluasa untuk mengembangkan Marvel Cinematic Universe yang sudah direncanakan sejak 2005.
 Kevin Feige, Bos Marvel Studios yang menjadi produser film-film superhero Marvel. (Alberto E. Rodriguez/Getty Images for Disney/AFP) |
Semula, Marvel Studios bekerja sama dengan beberapa studio lain seperti Paramount Pictures dan Columbia Pictures. Namun hal itu tak membuat Marvel untung banyak sementara mereka ingin menjaga dari segi artistik dan distribusinya.
Marvel dan Disney yang ingin menjadikan seluruh karakter Marvel dalam satu rumah menghadapi tantangan berkenaan dengan Spider-Man. Perjanjian Marvel-Disney dengan Sony terbilang alot.
Hingga pada Februari 2015, Sony dan Marvel Studios mengumumkan Spider-Man akan muncul dalam MCU, dengan Sony akan tetap memiliki lisensi atas film-film Spider-Man.
Fase Spider-Man dalam MCU ini menggunakan aktor baru, Tom Holland, dan sutradara baru, Jon Watts, yang ditandai dengan Spider-Man: Homecoming (2017). Film berbujet US$175 juta itu sukses menghasilkan US$880,2 juta.
6. Pengembangan Sony Spider-Man Universe
Sementara Spider-Man versi MCU digarap, Sony memilih mengembangkan semesta Spider-Man yang sempat tertunda pasca pembatalan produksi The Amazing Spider-Man 3.
Hal itu dimulai dengan Venom yang kembali dihidupkan oleh Sony pada 2016. Pada Mei 2017, Sony mengumumkan Venom menjadi film sendiri dan tidak terkait dengan film manapun, serta memiliki waralaba dan semestanya sendiri.
Sony pun memiliki rencana pengembangannya sendiri akan semesta Spider-Man versinya ini, mulai dari Venom (2018) dan Venom: Let There Be Carnage (2021). Kemudian akan dilanjutkan dengan sejumlah proyek di masa depan, seperti Morbius (2022), dan Kraven the Hunter (2023).
Sony juga mengembangkan kisah Spider-Man dalam bentuk lain, yaitu animasi. Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) adalah produk pengembangan baru dari kisah Spider-Man yang menyinggung multisemesta.
Dalam film animasi yang dikerjakan Columbia Pictures dan bekerja sama dengan Marvel tersebut, sosok utama Spider-Man bukan lagi Peter Parker.
 Sony pun memiliki rencana pengembangannya sendiri akan semesta Spider-Man versinya ini, mulai dari Venom (2018) dan Venom: Let There Be Carnage (2021). (Dok. Sony Pictures Entertainment via youtube) |
7. Sony vs Marvel 2019 dan No Way Home
Seiring perjalanan, kisah Spider-Man di Sony dengan kisah Spider-Man di MCU rupanya saling bersinggungan. Terbelit dengan kisah yang terlalu berkembang dan permasalahan kontrak, konflik antara Sony dan Marvel tak terhindarkan.
Hal itu berdampak pada pemutusan kontrak kerja sama yang membuat penggemar kaget dan murka. Pada Agustus 2019, Sony mengumumkan tak lagi bekerja sama dengan Marvel Studios. Padahal kala itu, Spider-Man: Far From Home (2019) tengah menuai kenikmatan karena sukses besar.
Dengan keputusan itu, karakter Spider-Man versi Tom Holland secara otomatis keluar dari MCU. Padahal, Spider-Man yang diperankan Holland sudah muncul dalam lima film MCU dan dinilai memiliki masa depan cerah.
Sejumlah hal disebut menjadi alasan Sony memutuskan hubungan, mulai dari permintaan Disney bahwa biaya produksi film Spider-Man berikutnya dibagi rata 50:50, pembagian keuntungan yang tidak disepakati keduanya, hingga bos Marvel Kevin Feige yang dituding terlalu sibuk mengurus karakter Marvel lainnya dibanding Spider-Man.
Namun putus hubungan itu hanya berjalan sebulan. Sony dan Marvel kembali bersama, dan disebut-sebut berkat negosiasi Tom Holland.
Berkat Sony dan Marvel-Disney kembali bersama, saga terakhir dari Spider-Man versi MCU, No Way Home, pun bisa digarap dan rilis pada 15 Desember 2021.