5 Kenyataan Pahit Live-Action Adaptasi Anime dan Manga

CNN Indonesia
Minggu, 23 Jan 2022 15:18 WIB
Adaptasi manga atau anime ke live-action, terutama yang digarap oleh Hollywood, banyak dipandang tak akan bisa menyaingi versi aslinya.
Speed Racer. Meski dibuat dengan teknologi animasi yang canggih, film adaptasi tersebut tetap terasa tertinggal dibanding versi anime dan manga. (dok. Warner Bros/Village Roadshow Pictures/Silver Pictures via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Studio selalu ada alasan untuk mengangkat kisah manga atau pun anime menjadi live-action. Namun selalu ada alasan pula, versi mereka tak akan bisa menyaingi anime.

Adaptasi anime atau manga menjadi live action sejatinya telah berlangsung sejak dulu kala. Tercatat, film live-action adaptasi dari manga sejauh ini yang tertua adalah Fūryū Kokkei-tan: Sennin Buraku (1961).

Film tersebut diangkat dari manga Sennin Buraku dan dirilis di Jepang saat itu. Semenjak itu, berbagai film dan serial adaptasi live action dari anime atau manga terus bergulir hingga kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hollywood juga tak ingin ketinggalan. Sebut saja sejumlah film terkenal Hollywood seperti The Guyver (1991), Speed Racer (2008), Edge of Tomorrow (2014), hingga Alita: Battle Angel (2019). Semuanya adaptasi manga.

Meski begitu adaptasi manga atau anime ke live-action, terutama yang digarap oleh Hollywood, banyak dipandang tak akan bisa menyaingi versi aslinya. Sehingga tak heran, banyak proyek adaptasi dinilai flop.

Berikut sejumlah kenyataan pahit yang mesti dihadapi live-action adaptasi manga dan anime.

1. Pro dan Kontra

Proyek adaptasi dari anime dan manga menjadi live-action pasti akan selalu mengundang pro dan kontra, terutama bagi penggemarnya.

Bukan tanpa alasan penggemar bisa terpecah. Sebagian merasa bahwa proyek adaptasi menjadi live-action akan merusak kekayaan imajinasi dari manga dan anime, sementara sebagian lain merasa proyek live-action tidak akan sanggup setara bahkan lebih baik dari versi animasi atau manga.

Sementara di sisi lain, sebagian penggemar merasa adaptasi menjadi live-action bisa mewujudkan cerita anime dan manga dalam dunia nyata sehingga terasa lebih riil. Selain itu, sebagian yang lain juga memberikan kesempatan sineas untuk menginterpretasikan cerita anime dan manga itu.

COWBOY BEPOP (L to R) DANIELLA PINEDA as FAYE VALENTINE, JOHN CHO as SPIKE SPIEGEL and MUSTAFA SHAKIR as JET BLACK on the set of COWBOY BEPOP Cr. NICOLA DOVE/NETFLIX  2021Salah satu proyek live-action yang berselimutkan kontroversi adalah Cowboy Bebop dari Netflix. (NICOLA DOVE/NETFLIX)

Debat pro dan kontra ini telah berlangsung bertahun-tahun. Salah satu proyek live-action yang berselimutkan kontroversi adalah Cowboy Bebop dari Netflix.

Sejak awal diumumkan, adaptasi Cowboy Bebop sudah menjadi sasaran kritikan dan prediksi kegagalan. Hingga ketika proyek ini rilis, perdebatan semakin tak berkesudahan di dunia maya, terutama soal kualitas sinematiknya.

Hingga kemudian, Netflix mengumumkan proyek ini tak lanjut ke musim kedua.


2. Durasi dan Cerita

Proyek adaptasi kisah yang berasal platform cetak seperti novel, cerpen, manga, selalu menemui tantangan pada bagian cerita dan durasi.

Sangat sulit mengompres cerita yang begitu panjang dan berseri menjadi hanya 1-2 jam. Sehingga, kebanyakan film panjang termasuk live-action akan memenggal banyak bagian cerita.

Hal tersebut belum termasuk dengan penyesuaian-penyesuaian cerita yang ketika dalam bentuk manga atau anime terasa masuk akal, namun di format live-action menjadi ganjil.

Pemangkasan itu, seringkali, membuat ceritanya lebih logis namun mengurangi cita rasa kisah aslinya. Belum lagi bila ada 'kehilangan makna' ketika cerita asli dalam bahasa Jepang diterjemahkan ke bahasa Inggris.

Sementara pada anime, perubahan signifikan jarang terjadi. Anime punya kemampuan lebih baik dalam mengadaptasi manga dan seringkali berjalan dengan durasi yang cukup panjang bila memang diperlukan.

Anime pun biasanya dalam bentuk serial, kalaupun dalam film, biasanya memiliki cerita khusus sehingga tak menemui kesulitan berarti dalam hal durasi juga cerita.

Ketidakmampuan live-action dalam mengemas cerita inilah yang seringkali membuat banyak penggemarnya kecewa.

lanjut ke sebelah...

Kenyataan Pahit Live-Action Adaptasi Anime dan Manga

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER