Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah film dokumenter baru yang merekam beragam momen Kanye West secara candid tayang premier pada Minggu (23/1) di Sundance Film Festival.
Film yang merekam sejak awal kehidupan Kanye West itu rilis beberapa hari setelah rapper tersebut menuntut Netflix untuk mengizinkan dirinya mengedit ulang potongan terakhir film itu.
Bagian pertama dari film yang bertajuk jeen-yuhs: A Kanye Trilogy tersebut tayang secara streaming di Sundance, setelah festival itu berubah menjadi daring akibat pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film itu fokus pada usaha awal Kanye West yang frustrasi beralih dari produser muda menjadi seorang rapper.
Dokumenter ini juga menunjukkan aksi West menyingkirkan pengikutnya ketika direkam kamera, marah ketika ditolak karena dia "tumbuh di pinggiran kota", dan berbagi momen hangat bersama mendiang ibunya, Donda.
Dalam unggahan di Instagram pada Jumat (21/1), Ye menulis bahwa dia "mesti melakukan edit final dan menyetujui dokumenter ini sebelum ini tayang di Netflix,". Film ini direncanakan rilis di Netflix pada 16 Februari.
"Membuka ruang edit segera sehingga saya bisa bertanggung jawab atas gambar saya sendiri," tulisnya dalam unggahan yang disukai 1,5 juta akun.
[Gambas:Instagram]
AFP menyebut Netflix tidak merespons permintaan tanggapan atas tuntutan West tersebut.
Dalam adegan pembuka film, West tampak melakukan panggilan telepon pada 2020 lalu. Ia meminta kontrak untuk menandatangani film tersebut, menunjukkan bahwa dia mungkin akan mempertimbangkan kembali persetujuannya itu.
Proyek ini dimulai dengan filmmaker Clarence 'Coodie' Simmons, yang mulai mengikuti temannya, West, dengan sebuah kamera di Chicago pada 2001. Gambar itu merekam rasa penasaran sejauh mana produser muda yang ambisius itu bisa melangkah.
Simmons mengumpulkan sekitar 320 jam rekaman selama rentang dua dekade.
lanjut ke sebelah..
Dalam panel virtual setelah pemutaran film, Simmons mengatakan West telah "membiarkan kami melakukan pekerjaan kami", namun dia juga mencoba meyakinkan musisi itu soal film ini.
"Ketika saya bertemu dengan Kanye saya mengatakan kepadanya, 'kau mesti mempercayai saya, bro, seperti kau mempercayai saya selama ini dengan semua rekaman ini dan hanya untuk memfilmkan kau'," kata Simmons.
Selama empat setengah jam dalam tiga episode yang terpisah, jeen-yuhs yang dibaca sebagai "genius" menggambarkan kebangkitan West menjadi bintang internasional, masalah mental, mendukung Donald Trump, dan mengajukan diri sebagai calon presiden AS.
Episode pertama mengisahkan pertemuan pertama Simmons dengan West di sebuah pesta di Chicago pada 1998, dan keputusan sineas itu mendokumentasikan karier West setelah musisi itu melakukan trobosan dalam lagu Izzo (H.O.V.A) milik Jay-Z.
West kemudian pindah ke New York dalam upaya mendapatkan kontrak oleh label Roc-A-Fella milik Jay-Z. Namun ia mesti meyakinkan para pemimpin label bahwa dia yang tak memiliki banyak latar belakang itu bisa menjual musik.
"Kau akan menentangku karena saya tidak pernah membunuh siapa pun?" tanyanya pada seorang jurnalis musik saat ia berkendara di sekitar New York pada malam hari.
Dalam sebuah adegan, West dan kamera tiba di kantor label tersebut dan ia menyanyikan secara rap lagu All Falls Down yang membuat bingung para staf, dan seorang resepsionis menyebut namanya sebagai "Cayenne".
Penuh dengan rasa percaya diri, Kanye West muda juga mengatakan bahwa dia merasa membuat film dokumenter itu "sedikit narsis".
Simmons dan rekan-sutradara film ini, Chike Ozah, telah menggarap banyak film bersama sebelum jeen-yuhs, sambil menjaga rekaman akan West ini siap ditayangkan.
"Pada 2006 kami sempat menawarkan kesepakatan untuk merilisnya dan Kanye belum siap," kata Simmons. "Dia tidak ingin dunia melihat apa yang pernah ia lalui."
[Gambas:Youtube]