Review Serial: I Am Groot

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Sabtu, 13 Agu 2022 12:15 WIB
Review: I Am Groot ibarat seperti oase kecil yang damai dan tenang dalam semesta Marvel Cinematic Universe yang riuh, ruwet, dan mulai membosankan.
Review: I Am Groot ibarat seperti oase kecil yang damai dan tenang dalam semesta Marvel Cinematic Universe yang riuh, ruwet, dan mulai membosankan. (dok. Marvel Studios via IMDb)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menyaksikan I Am Groot mungkin jadi momen paling ringan sepanjang sejarah saya menyaksikan Marvel Cinematic Universe (MCU) sejak era Iron Man (2008).

Karakter Groot yang semula saya kenal sebagai jiwa remaja tanggung dalam wujud kayu dan hanya bisa berbicara "I am Groot" ternyata lebih humanis dari yang saya pikirkan.

Meski bukan sebuah film panjang atau pun serial televisi MCU kebanyakan yang mengandung drama rumit nan aksi laga penuh gaya, I Am Groot cukup menggambarkan siapa sosok Groot sebenarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat I Am Groot pun bagai melihat film animasi pendek khas Disney yang biasanya muncul sebelum menyaksikan film panjang animasinya di bioskop, menggemaskan tapi tetap bermakna.

Dalam serial animasi pendek ini, Groot digambarkan sebagai makhluk yang memiliki emosi bak manusia pada umumnya. Ia pun berkembang dari fase anak-anak hingga bertumbuh.

Memang, cerita Groot dalam serinya sendiri ini tidak sepenuhnya menggambarkan asal-usul anggota Guardians of the Galaxy itu atau pun momen monumental seperti superhero Marvel lainnya.

I Am GrootReview: Karakter Groot yang semula saya kenal sebagai jiwa remaja tanggung dalam wujud kayu dan hanya bisa berbicara "I am Groot" ternyata lebih humanis dari yang saya pikirkan. (dok. Marvel Studios via IMDb)

Namun setidaknya gambaran ketertarikan Groot, kecemburuan dirinya, rasa penasaran hingga bersalah dari sosok Groot, terekam dengan jelas dalam animasi ini.

Penggambaran itu yang kemudian membuat saya berpikir, bahwasanya Groot tidak ubahnya seperti manusia pada umumnya yang juga punya sifat kemanusiaan dan pertumbuhan juga perkembangan, baik secara fisik maupun psikis.

Hal itulah yang membuat karakter ini terasa lebih dekat dibanding sebelumnya.

Padahal, sama seperti aksi-aksi karakter ini di film MCU lainnya, ia hanya berbicara "I am Groot" yang diulang-ulang dan dibedakan sedikit antara satu dengan yang lain menyesuaikan emosi dalam perjalanan ceritanya.

Sehingga, saya patut memberikan apresiasi penuh terhadap kreator dari serial ini, Kirsten Lepore, serta seluruh tim animasi juga visual yang terlibat.

Kerja keras mereka mungkin hanya dalam bentuk durasi total sekitar 20 menit untuk lima episode video pendek setara video klip.

Namun cerita, gambar, komedi, hingga mimik-mimik Groot dalam film ini sungguh membuat hangat dan tidak menambah beban pikiran.

Gif banner Allo Bank

I Am Groot ibarat seperti oase kecil yang damai dan tenang dalam semesta Marvel Cinematic Universe yang riuh, ruwet, dan mulai membosankan.

Menyaksikan film animasi ini persis terasa saat Groot bersantai dalam kubangan spa lumpur, lega dan sangat me-time.

Apakah kemudian saya merasa cerita Groot perlu diperluas? Mungkin. Namun saya rasa ada baiknya tetap seperti ini untuk sementara waktu, setidaknya I Am Groot jadi tempat rehat sejenak sebelum kembali menghadapi drama semesta Marvel Cinematic Universe.

I Am Groot bisa disaksikan di Disney+Hotstar.

[Gambas:Youtube]



(end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER