Babak Awal Keroncong Tugu, Kreasi Budak yang Merdeka di Utara Jakarta

CNN Indonesia
Minggu, 14 Agu 2022 10:21 WIB
Pewaris menceritakan asal-usul kehadiran leluhur di utara Jakarta yang kini dikenal sebagai Kampung Tugu dan menghasilkan keroncong Tugu.
Pewaris menceritakan asal-usul kehadiran leluhur di utara Jakarta yang kini dikenal sebagai Kampung Tugu dan menghasilkan keroncong Tugu. Foto: (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)

Hidup jauh dari hingar bingar pusat kota Batavia membuat Mardijker memiliki cara untuk menghibur diri dalam kesunyian. Bermusik menjadi salah satu cara mereka bertahan.

Hal itu yang kemudian berkembang dan melahirkan keroncong Tugu. Peneliti Belanda Jan Beukhof mengatakan itu berawal dari kecintaan orang-orang Kristen Tugu kepada gitar yang mereka sebut sebagai "krontjong".

"Mereka memiliki tiga ukuran untuk itu, krontjong besar atau guitera; yang berukuran sedang disebut matjina, dan yang paling kecil disebut sebagai krontjong," sebut Beukhof, seperti dikutip dari Barat Ketemu Timur: Cross-Cultural Encounters And The Making of Early Kroncong History karangan Lutgard Mutsaers.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arthur Michiels sebagai pewaris meyakini leluhurnya selalu bermain musik untuk membunuh kesepian di wilayah terisolasi itu.

"Mereka membawa serta apa yang mereka miliki, termasuk alat musik. Jadi dalam kesunyian, mereka membawakan lagu-lagu dalam bahasa Kreol, bahasa Portugis, bahasa ibu mereka," jelas Arthur Michiels.

"Juga menciptakan lagu-lagu, sama mungkin dengan kisahnya kaum budak menciptakan lagu blues, seperti itu," lengkapnya.

Namun, penggunaan bahasa Kreol dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tugu, termasuk bermusik, terhenti setelah Mimi Abrahams sebagai penutur terakhir meninggal dunia pada 2012.

Kini, bahasa Kreol hanya tersisa dalam lagu-lagu yang diciptakan dahulu, seperti Macau sa Assi, Cafrinho, Jan Cagar Leite, hingga Drumia.

Pakar kajian linguistik UI Arif Budiman mengatakan bermain musik pada dasarnya bukan sekadar menjadi hiburan bagi masyarakat Kampung Tugu. Hal itu juga menjadi cara mereka mempertahankan identitas diri.

"Mereka harus survive, dan di satu sisi, mereka ingin memelihara identitas mereka sebagai orang Portugis. Nah di tengah-tengah itu, mereka sempat untuk menciptakan musik yang berisikan kebahagiaan, penderitaan, dan lain-lain," kata Arif Budiman.

Suasana kelompok keroncong Krontjoeng Toegoe saat latihan di markas mereka di Kampung Tugu, Jakarta Utara, Minggu (7/8/2022).(CNN Indonesia/Endro Priherdityo)Suasana kelompok keroncong Krontjoeng Toegoe saat latihan di markas mereka di Kampung Tugu, Jakarta Utara, Minggu (7/8/2022).(CNN Indonesia/Endro Priherdityo)

Sampai hari ini, setidaknya dua kelompok musik masih memainkan musik keroncong Tugu sebagai wadah pelestarian budaya leluhur mereka di Jakarta Utara.

Mereka adalah grup musik Keroncong Tugu Cafrinho yang dibentuk klan keluarga Quiko, serta grup Krontjong Toegoe yang diwakili keluarga Michiels. Keduanya memiliki pandangan dan gaya cukup berbeda dalam menciptakan aransemen keroncong khas moyang di masa lalu.

Kini, Kampung Tugu juga semakin terhimpit desakan tronton-tronton yang hilir mudik mengitari Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu, pusat niaga dan bisnis di area Kelapa Gading membuat Kampung Tugu kembali merasakan pengalaman terisolasi.

Gif banner Allo Bank

(far/chri)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER