Francesca Coppa dalam buku "The Fanfiction Reader: Folk Tales for the Digital Age" menjelaskan bahwa fanfiction mencoba menjawab pertanyaan "bagaimana jika/what if" dari buah pikiran penggemar.
Karya orisinal akan menjawab pertanyaan tersebut lewat sekuel maupun rangkaian seri. Sedangkan, tulis Coppa, karya fiksi dari penggemar, "Digambar, dicampur, lalu dimulai lagi tanpa ada kendala."
"Yang terbaik adalah tiap cerita dapat menjadi lengkap dengan sendirinya: mengisahkan keseluruhan cerita dan punya akhir cerita yang nyata. Kemudian Anda dapat menulis yang lain lagi dan lagi," lanjut Coppa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sedangkan, alternate universe sejatinya berada di bawah satu payung besar fanfiction. AU hanyalah satu dari sekian banyak genre yang bisa ditulis oleh penggemar.
Ciri khas dari genre AU adalah latar tempat dan waktu bisa berubah sama sekali dari semesta asli karakter, disebut sebagai canon, yang kemudian diangkat menjadi sebuah karya fiksi.
"(AU) itu biasanya ingin menggabungkan, mengubah cerita yang lain, atau mereka enggak setuju dengan cerita canon-nya. Mereka menciptakan satu universe yang baru," jelas Andam.
Tidak hanya untuk karakter anime atau manga, lanjut Andam, AU pun juga bisa mengangkat kisah dari orang di kehidupan nyata. Dalam konteks tren fanfiction saat ini, banyak AU yang ditulis berdasarkan idol yang disukai penulis sebagai seorang penggemar.
Andam kemudian menerangkan bahwa AU memang tidak memiliki batasan sama sekali. Penulis AU bebas berkreasi dalam menciptakan semesta baru untuk apapun karakter yang disukai dan dibuat sebagai sebuah karya.
"Lebih seperti tempat para fans itu untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan tanpa ada editor, tanpa ada sensor," ungkapnya.
"AU itu enggak ada aturan pakem untuk membuat fanfiction," tambah Andam.
Lihat Juga : |