ROAD TO G20

Asa Konser Ramah Lingkungan di Indonesia dalam M20

CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2022 19:20 WIB
Menurut Dewi Gontha, meski mimpi konser ramah lingkungan di Indonesia tidak mudah, ada beberapa hal kecil yang bisa dimulai untuk mewujudkannya.
Ilustrasi konser musik. Menurut Dewi Gontha, meski mimpi konser ramah lingkungan di Indonesia tidak mudah, ada beberapa hal kecil yang bisa dimulai untuk mewujudkannya. (AFP/OSCAR SIAGIAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Promotor Dewi Gontha akan menjadi salah satu pembicara dalam Pre-Event 1 Music20 (M20) yang akan digelar pada Jumat (30/9) mendatang secara daring.

Dalam sesi tersebut, otak di balik penyelenggaraan Java Jazz Festival ini akan membahas soal Encouraging Low Emission and Environmentally Friendly Concert alias konser ramah lingkungan.

Menurut Dewi, mimpi bisa menyelenggarakan konser ramah lingkungan memang tidak mudah untuk diwujudkan. Meski begitu, hal-hal sederhana yang sudah bisa dilakukan, baik oleh penyelenggara konser maupun penonton: memilah sampah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan itu pula yang sudah dilakukan oleh PT Java Festival Production yang dikomandoi Dewi dan diterapkan di berbagai festival konser yang ia gelar di berbagai daerah.

"Kami sudah kerja sama dengan KLHK sejak 2009. Kalau di kami, lebih ke pemilahan sampah pada awalnya," kata Dewi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Senin (26/9).

"Mulai dari pilah bahan yang bisa didaur dan yang tidak bisa didaur ulang, sampai proses di tempat, diangkatnya juga terpisah," lanjutnya.

"Kalau di area makan, untuk [aturan] tidak boleh pakai styrofoam itu sebenarnya sudah beberapa tahun berjalan. Balik lagi, kami belum bisa 100 persen, tapi kami sudah eksekusi," lanjutnya.

[Gambas:Video CNN]



Dewi mengaku memang konsep ramah lingkungan seperti tidak menggunakan plastik atau penggunaan bahan bakar fosil itu belum bisa diterapkan 100 persen.

Ada banyak hal yang masih belum memungkinkan konsep konser bebas plastik dan bahan bakar fosil untuk diwujudkan di Indonesia.

Misalnya saja, Indonesia masih belum memiliki lokasi konser atau bangunan dengan kemampuan listrik yang stabil dan mumpuni untuk penyelenggaraan konser. Hal ini menjadi krusial lantaran berpengaruh pada umur peralatan musik dan keselamatan kru, penampil, serta penonton.

"Kalau yang mumpuni pun pada umumnya tidak stabil, jadi takutnya kalau listriknya naik-turun, alat rusak," kata Dewi. "Jadi kebanyakan alat-alat elektronik itu, festival, kami masih pakai genset, otomatis pakai bahan bakar solar kan,"

"Mungkin kalau gedung-gedung itu sudah lebih baik secara listrik misalnya, mungkin kita tidak perlu lagi pakai genset," lanjutnya.

Kemudian penggunaan plastik untuk alat makan di kios penjaja makanan di dalam festival. Meski sudah tidak lagi menggunakan styrofoam dan beralih ke wadah makanan daur ulang, penggunaan alat makan dari plastik sulit dihindari.

Lanjut ke sebelah...


HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER