Namun, jika ketiganya tidak memenuhi undangan Posan, mantan drummer Kotak itu tidak enggan untuk membawanya ke jalur hukum.
"Jadi, gue bilang lo tega ya. Sekali lagi gue bilang, Tantri, Cella, dan Chua, lo dateng ke sini, kita ketemuan. Kita ngobrol baik-baik," ajak Posan.
"Tapi, kalau lo enggak mau ketemu, oke, gue atur caranya biar pengadilan yang atur kita ketemu," tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Posan Tobing juga mengunggah sebuah video lewat akun Instagram pribadinya yang menjelaskan soal pembagian jatah royalti penampilan band Kotak.
Ia berkata pencipta lagu memiliki hak dari royalti penampilan. Sehingga, sebagai salah satu yang membantu penciptaan lagu-lagu hit Kotak, Posan menagih bagiannya kepada band tersebut.
"Mulai dari lagu Pelan-Pelan Saja, Selalu Cinta, Masih Cinta, Tinggalkan Saja, Cinta Jangan Pergi, Kerabat Kotak, dan masih banyak lagi lagu-lagu Kotak yang memang itu gue yang bikin. Gue ikut membuatnya," ungkap Posan.
Ia mengatakan perjalanannya sejak hengkang dari Kotak pada 2011 silam itu tidak mudah. Sehingga, ia menagih pembagian royalti karena di dalamnya ada hak-hak untuk keluarganya.
"Di dalam royalti itu ada hak istri gue, ada hak anak gue, ada hak anak angkat gue, ada hak dari teman-teman gue yang biasanya memang datang untuk gue bisa ber-sharing," kata Posan.
"Gue sampai ngomong sampai segininya berarti sudah keterlaluan. Bayangin dari 2011 sampai 2022," tambahnya.
CNNIndonesia.com telah meminta izin Posan Tobing untuk mengutip unggahan-unggahannya. Kami juga telah menghubungi Kotak via Warner Music selaku label rekaman untuk meminta tanggapan.
Posan Tobing merupakan eks penabuh drum untuk band Kotak. Ia sudah menjadi bagian dari band tersebut sejak album pertama yang bertajuk Kotak.
Ia keluar dari Kotak terhitung tanggal 8 Maret 2011 setelah tujuh tahun main bersama. Keluarnya Posan dari band berarti meninggalkan Tantri, Cella, dan Chua untuk melanjutkan perjalanan Kotak.