Jakarta, CNN Indonesia --
Ana de Armas begitu menghayati perannya sebagai Marilyn Monroe dalam Blonde, sampai-sampai ia memimpikan ikon tersebut dalam tidurnya.
"Sungguh saya memimpikan dirinya!" kata Ana de Armas dalam catatan produksi Blonde yang diterima CNNIndonesia.com. "[Dalam mimpi itu] kami banyak berbincang-bincang. Itu sungguh sebuah perjalanan,"
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan tanpa alasan Ana de Armas bisa sampai memimpikan ikon budaya pop Amerika Serikat tersebut. Ia butuh sembilan bulan berlatih dan menghayati sosok Marilyn Monroe demi Blonde.
Maka, kata Armas, ketika ia akhirnya mengenakan wig rambut dan riasan khas Marilyn Monroe untuk pertama kalinya, ia menangis hebat. Bukan hanya dirinya, seluruh tim riasan dan tata rambut film itu juga ikut menangis.
"Semua orang sangat bersemangat, dan itu sungguh momen yang begitu indah. Dan itu terasa semuanya menjadi nyata. 'Kita melakukannya! Ini sungguh terjadi!'. Itu juga menakutkan, tapi sekaligus indah, sungguh momen yang spesial," kenang Ana de Armas.
 Dalam menjadi Marilyn Monroe, Ana de Armas pun tampil secara maksimal. Gaya Monroe yang centil dan manja, intonasi suara, hingga gerak-gerik juga tampilan sang ikon seolah-olah menghapus jati diri Ana de Armas dari layar. (dok. Netflix) |
Dalam menjadi Marilyn Monroe, Ana de Armas pun tampil secara maksimal. Gaya Monroe yang centil dan manja, intonasi suara, hingga gerak-gerik juga tampilan sang ikon seolah-olah menghapus jati diri Ana de Armas dari layar.
Aksi de Armas dalam Blonde pun banyak menuai pujian kritikus. Meskipun, pujian itu tak juga berbuah untuk film Blonde yang habis-habisan dikritik oleh kritikus film karena dianggap mengeksploitasi perempuan.
Namun Ana de Armas memang sudah menyadari berbagai tantangan yang akan dihadapi Blonde. Dirinya sendiri pun mengaku ketakutan untuk memerankan Marilyn Monroe, terutama soal gaya bicara sang ikon.
"Suaranya, bagi saya, adalah aspek terseram dari proses transformasi ini. Saya sadar dari awal ini akan jadi amat menantang, dan itu sebuah proses yang tentu saja dimulai dengan melihat film-film, mendengarkan wawancara, rekaman suara, semua yang bisa saya dapatkan untuk akrab dengan suaranya," kata Ana de Armas.
Ana de Armas menyebut dalam proses syuting berjalan, Blonde melakukan banyak reka ulang adegan dan cerita kehidupan Marilyn Monroe untuk mendapatkan rasa kedekatan dengan karakter sang ikon.
Lanjut ke sebelah...
Proses tersebut disebut Ana de Armas tidak direkam dan justru ia anggap sebagai momen paling "intim" dari proses produksi. Namun proses itu juga yang membuat Ana de Armas lebih banyak belajar gaya bicara Monroe secara autodidak.
"Saya menyadari bahwa saya tidak bisa datang ke kelas pelatih saya dan mulai berlatih aksen itu dan mengulangnya seperti burung beo," kata Ana de Armas.
Padahal menurut Ana de Armas, suara Marilyn Monroe amatlah khas. Suaranya sungguh terikat pada emosi, dan dibangun sebagai sarana untuk Monroe bisa lebih didengar dan dianggap pintar oleh sekelilingnya.
"Dia amat merasa tak aman. Dia sungguh ketakutan. Dia selalu berpikir dua kali atau tiga kali sebelum mengatakan apapun," kata Ana de Armas.
"Nafas dan nada tingginya adalah hasil dari seseorang tanpa batasan yang butuh untuk membiarkan semua orang masuk dalam hidupnya. Dia [Marilyn Monroe] butuh kedekatan itu dengan orang lain karena dia tidak pernah memiliki itu sebelumnya," lanjutnya.
Ana de Armas pun menilai ketidakadaan batasan tersebut yang membuat Marilyn Monroe menjadi magnet buat banyak orang. Ana menilai, siapapun yang berbincang dengan Monroe, akan merasa mendapatkan perhatiannya secara utuh.
 Aksi de Armas dalam Blonde banyak menuai pujian kritikus. Meskipun, pujian itu tak juga berbuah untuk film Blonde yang habis-habisan dikritik oleh kritikus film karena dianggap mengeksploitasi perempuan. (dok. Netflix) |
Padahal, kata Ana de Armas, hanya sedikit yang benar-benar memahami siapa Marilyn Monroe sesungguhnya. Namun perangai menyenangkan dan manis yang selalu diberikan Monroe membuat orang lupa memperhatikan perempuan itu lebih dalam.
Ia pun berharap Blonde bisa membuat masyarakat lebih menaruh empati terhadap Marilyn Monroe, atau siapapun yang berusaha berbuat manis terhadap orang lain.
"Saya harap cinta untuk dirinya tetap ada dan terus bertumbuh. Namun kini mengetahui sisi lainnya, sisi gelapnya, atau bagian yang sedih, penuh trauma dan sakit, [berharap] bahwa publik masih mengidolakan dan semakin memperhatikan Monroe lebih banyak lagi," kata Ana de Armas.
"Saya merasa Marilyn Monroe akan bahagia soal film ini. Saya rasa ini seperti hadiah baginya bahwa kita memberikan suara baginya, dan dalam beberapa hal kita juga membahas soal Norma, bukan cuma Marilyn." katanya.
[Gambas:Youtube]