Kesan itu diperkuat dengan video klip yang membingkai pernyataan bahwa perempuan juga bisa menjadi sosok pemimpin dan memiliki kendali atas situasi selayaknya bos.
Dengan cerdas, kreator video klip Andrea Wihaya menginterpretasikan pesan Ramengvrl dan Cinta lewat hal-hal yang selama ini dikaitkan dengan citra maskulinitas.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu seperti anjing Doberman Pinscher hingga wajah beberapa laki-laki yang 'dijajakan' dalam box plastik layaknya daging segar.
Segala elemen itu merupakan wujud nyata bagaimana Ramengvrl dan Cinta ingin membentuk sebuah paradoks yang tersirat.
Sementara itu, keputusan Ramengvrl untuk mengajak Cinta Laura sebagai kolaboratornya juga sangat tepat tepat.
Dengan cakupan demografi pasar milik Cinta, Bossy dapat membuka daya jelajah pemikiran baru bagi masyarakat Indonesia soal keberdayaan posisi perempuan.
Lihat Juga : |
Di sisi lain, Ramengvrl dan Cinta Laura mungkin adalah perempuan yang punya akses dan keistimewaan lebih dibanding perempuan Indonesia lainnya, seperti dari modal kapital dan budaya.
Namun saya mengancungkan jempol dan hormat untuk mereka karena keduanya menggunakan hak istimewa tersebut untuk hal yang penting dan tepat guna.
Sejujurnya, saya skeptis bahwa pesan dalam Bossy akan langsung tepat sasaran dan beresonansi dengan masyarakat Indonesia sebagai pendengar utamanya.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa karya ini menjadi tonggak penting untuk menarasikan gagasan perubahan sosial yang lebih inklusif dan adil bagi seluruh manusia Indonesia.
Lihat Juga : |
Melalui Bossy, Ramengvrl dan Cinta menyadarkan bahwa manusia berhak memilih untuk menjadi apa pun tanpa terpatri oleh stigma sosial.
Laki-laki berhak untuk menjalani hidup tanpa beban sosial untuk menjadi pemimpin, serta tidak ada yang salah dengan sosok perempuan berprinsip tapi tetap centil dan lovely. Begitu pun sebaliknya.