Jakarta, CNN Indonesia --
Saya tidak bisa mengatakan Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul sebagai film horor yang memuaskan. Namun saya juga tak bisa menyebut film berdasarkan pengalaman Om Hari 'Hao' Kurniawan ini mengecewakan.
Sebagai penonton kanal YouTube Kisah Tanah Jawa sejak era pandemi, saya sebenarnya tidak banyak berekspektasi film ini akan sehoror macam saga Pengabdi Setan apalagi macam The Conjuring.
Mengingat film ini dirilis oleh MD Pictures dan digarap oleh Awi Suryadi, saya juga sudah bisa memperkirakan akan seperti apa nanti jadinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benar saja, film ini masih terasa senafas dengan Danur dan KKN di Desa Penari, yang juga digarap Awi. Mulai dari tone, pace cerita, sinematografi, jumpscare, semuanya 11-12 dengan dua film horor yang bagi saya hambar itu.
Hanya saja, saya merasakan ada perbedaan dari segi penggodokan naskah dibanding dua film MD Pictures itu. Saya pun mengapresiasi Awi menggandeng Agasyah Karim dan Khalid Kashogi dalam urusan naskah yang kemudian memberikan rasa baru untuk filmnya.
Pengaruh keberadaan Agasyah dan Khalid cukup terasa, terutama dari bagaimana pembabakan kisah petualangan horor Om Hao digambarkan, komposisi horor-drama-komedi dalam film ini, hingga percakapannya yang tak terlalu terasa seperti sinetron.
 Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul: Awi, Agasyah, dan Khalid agaknya sibuk mengubah kisah mistis-sejarah ala Om Hao dan teman-teman Kisah Tanah Jawa menjadi suguhan horor yang pop. (dok. MD Pictures via YouTube) |
Akan tetapi saya menyayangkan ciri khas dari penuturan Om Hao dan kelompok Kisah Tanah Jawa yang identik dengan bobot sejarah, malah jadi kopong dalam sajian film ini.
Kisah Walisdi si pocong gundul memang ditampilkan --tentunya dengan sejumlah adaptasi di sana-sini bila dibandingkan dengan bukunya yang ditulis Om Hao pada 2019-- tapi latar belakang kisah si dukun itu agaknya dikesampingkan.
Film ini justru membuang banyak durasi soal bagaimana Walisdi meneror Om Hao dan Sari, yang mana terornya juga tak seram-seram amat. Belum lagi pesan moral yang selama ini jadi ciri penuturan Kisah Tanah Jawa benar-benar tak terasa.
Awi, Agasyah, dan Khalid agaknya sibuk mengubah kisah mistis-sejarah ala Om Hao dan teman-teman Kisah Tanah Jawa menjadi suguhan horor yang pop.
Selain itu, mereka juga tampak riweuh menyusun bagaimana film ini adalah pembuka dari kerja sama antara MD Pictures dan kelompok investigasi mistis Kisah Tanah Jawa.
Dengan kata lain, studio yang dikomandoi Manoj Punjabi itu tampak berambisi menjadikan Kisah Tanah Jawa macam pengalaman pasangan Ed dan Lorraine Warren yang 'dibeli' oleh New Line Cinema dan The Safran Company untuk The Conjuring.
Lanjut ke sebelah...
[Gambas:Video CNN]
Memang, Kisah Tanah Jawa sangat berpotensi untuk menjadi 'The Conjuring ala Indonesia'. Kelompok itu memiliki banyak arsip soal jagat lelembut lengkap dengan kisah-kisah humanis di baliknya.
Hemat saya, MD mestinya konsisten dengan ciri karya kelompok itu. Memegang ciri khas dari Kisah Tanah Jawa yang memiliki cerita sejarah di balik fenomena horor, akan menjadi pembeda dibanding film-film horor lokal lainnya.
Selain itu, ada baiknya Manoj meminta tim kreatif studionya untuk benar-benar mengeksplorasi gaya penuturan film horor mereka. Mulai dari naskah hingga sajian film secara keseluruhan --jujur saja-- sangat mudah ditebak.
MD Pictures juga harus mulai berani berinovasi dalam menyajikan film horor. Lantaran, modal berbagai kisah horor viral yang sudah mereka akuisisi bisa jadi akan percuma bila penyajiannya "biasa banget".
KKN di Desa Penari saya rasa sebuah pengecualian, lantaran secara ajaib menyentuh angka penjualan tiket 10 juta. Meski begitu, bukan berarti formula untuk film modal utas viral di X itu bisa berlaku untuk film lainnya.
Apalagi dalam kasus semesta Kisah Tanah Jawa, penggemar kanal tersebut sudah paham bagaimana horor yang tersaji dalam tayangan mereka bukan karena bentuk si demit ataupun terornya, melainkan hukum sebab-akibat di balik ceritanya.
 Review Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul: Deva Mahendra dan Della Dartyan juga menampilkan duet yang cukup baik. Keduanya jelas bisa menyeimbangkan porsi satu sama lain, selayaknya duet-duet karakter dalam film horor lainnya. (dok. MD Pictures via Instagram @kisahtanahjawa_md ) |
Di luar keluhan panjang lebar saya soal interpretasi MD atas pengalaman Kisah Tanah Jawa dan Om Hao, saya masih bisa menikmati film Pocong Gundul hingga akhir meski sesekali tertawa melihat lakon cerita yang ditampilkan.
Saya juga mengapresiasi kerja keras tim desain produksi, tata musik, editing, kostum, serta riasan yang karyanya bisa terlihat dalam film ini.
Sementara itu, pujian khusus saya berikan untuk Iwa K yang justru menjadi faktor penting dalam membangkitkan suasana horor dalam Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul. Penampilannya sungguh creepy dan menggigit.
Deva Mahendra dan Della Dartyan juga menampilkan duet yang cukup baik. Keduanya jelas bisa menyeimbangkan porsi satu sama lain, selayaknya duet-duet karakter dalam film horor lainnya.
[Gambas:Youtube]
Selain itu, saya agak kaget melihat Deva mampu memerankan sosok Om Hao lengkap dengan gerak-gerik serta intonasi yang membuat saya teringat akan pria tambun itu. Meskipun, Deva bagi saya masih kurang berisi dan masih kelewat tampan untuk menggambarkan Om Hao.
Terlepas dari sajian Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul yang anyep, saya pribadi masih penasaran apakah MD Pictures bakal melanjutkan film semesta Kisah Tanah Jawa dan akankah mereka berani keluar dari zona nyaman sinematik yang selama ini dihuni.