Uya Kuya Ajukan Restorative Justice atas Ibu Terduga Penjarah Rumahnya

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2025 20:15 WIB
Uya Kuya memutuskan untuk mengajukan restorative justice terhadap seorang ibu yang diduga terlibat dalam penjarahan rumahnya. (Detikcom/Veynindia E. Pardede)
Jakarta, CNN Indonesia --

Uya Kuya mendatangi Polres Metro Jakarta Timur pada Rabu (3/9) dan memutuskan untuk mengajukan restorative justice terhadap seorang ibu yang diduga terlibat dalam penjarahan rumahnya di kawasan Duren Sawit, beberapa waktu lalu.

Perempuan paruh baya tersebut diketahui bekerja sebagai tukang parkir dan dilaporkan sempat membaca AC dari rumah pemilik artis yang juga anggota DPR nonaktif itu.

Uya mengatakan dirinya melihat terduga pelaku tinggal bersama cucunya yang merupakan disabilitas. Kondisi tersebut yang membuat Uya memutuskan mengajukan restorative justice sehingga dugaan penjarahan pada ibu tersebut tak dilanjutkan.

"Saya mengambil inisiatif, saya yang mengajukan restorative justice untuk ibu ini. Saya akan restorative justice sehingga tak dibawa ke tahap berikutnya, sampai di sini saja," kata Uya seperti diberitakan detikHot pada Rabu (3/9).

"Saya kan bilang sudah ikhlas. Ibu itu juga bilang dia cuma datang, bilang dengar ada yang lihat rumah saya, terus ke sana, melihat ada AC tergeletak, dia sendiri tadi bilang enggak tahu ini barang apa," lanjutnya.

Uya menyebut dirinya tak mengetahui soal keterlibatan pihak lain dalam aksi penjarahan tersebut. Ia bilang hanya akan fokus pada penyelesaian kasus perempuan tersebut.

Uya Kuya sebelumnya mengaku ikhlas rumahnya dirangsek sekelompok orang tidak dikenal pada Sabtu (30/8) malam. Ia menerima kejadian tersebut dan saat ini hanya fokus mengurus keluarga.

Namun, ia meminta kucing-kucing peliharaannya bisa dikembalikan. Sebagian kucing itu sudah ditemukan, tetapi masih ada yang belum diketahui keberadaannya karena ikut diambil orang tak dikenal.

"Doakan yang terbaik aja. Posisi lagi urus keluarga, urus semua, dan kami ikhlas kok. Yang penting tolong kucing-kucing kami dikembalikan, itu saja," ujar Uya Kuya.

"Ada yang sudah ketemu, ada yang sudah di saya, ada yang ditemukan terus di shelter, terus ada yang sudah di polisi juga menemukan, segala macam," lanjutnya.

Uya Kuya mengaku kucing peliharaannya juga diambil orang-orang yang masuk ke rumahnya, salah satu kucingnya belakangan diketahui telah diselamatkan Sherina Munaf dan timnya.

Ia juga meminta maaf setelah terjadi gelombang aksi demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir hingga berujung ricuh.

Gelombang demonstrasi terjadi di berbagai wilayah Indonesia bermula dari protes kebijakan tunjangan bagi anggota DPR, ditambah dengan sikap dan pernyataan anggota dewan yang dianggap tidak peka terhadap situasi rakyat Indonesia yang terhimpit ekonomi.

Tewasnya Affan Kurniawan kemudian membuat berbagai kelompok sipil menuntut reformasi kepolisian, pembentukan tim investigasi kematian Affan, tidak ada kriminalisasi demonstran, transparansi anggaran untuk anggota dewan, pemeriksaan anggota dewan yang bermasalah, pemecatan kepada kader partai yang tidak etis, dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.

Selain itu ada juga tuntutan untuk pembebasan demonstran yang ditahan, penghentian tindakan represif oleh kepolisian dan penaatan SOP pengendalian massa, transparansi proses hukum terhadap pelanggaran HAM, hingga menuntut setop campur tangan militer dalam keamanan, dan upah layak untuk butuh serta pencegahan PHK massal.

Namun aksi ini dimanfaatkan sejumlah massa tak dikenal untuk memicu kerusuhan dan perusakan bangunan dan fasilitas publik di berbagai kota.

Presiden Prabowo pada 29 Agustus 2025 memberikan sejumlah pernyataan, mulai dari mengajak masyarakat menyampaikan aspirasi dengan cara damai, pelaku anarkisme dan penjarahan bisa ditindak tegas, meminta polisi dan tentara melindungi masyarakat, transparansi pelanggaran oleh polisi.

Kemudian ada penonaktifan anggota dewan yang membuat pernyataan keliru, pimpinan DPR mencabut tunjangan anggota dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri, pimpinan DPR akan mengundang tokoh masyarakat dan mahasiswa untuk berdialog, serta meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga persatuan.

Tak lama kemudian, sejumlah anggota dewan dinonaktifkan sebagai anggota DPR oleh partai setelah dianggap membuat masyarakat marah dengan pernyataan mereka, yakni Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach dari Partai NasDem, Uya Kuya dan Eko Patrio dari PAN, dan Adies Kadir dari Golkar.

(end)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK